Endless Learning, Sharing and Love of Kindness for Others. Belajar tiada akhir, berbagi tanpa henti dan cinta akan kebaikan bagi sesama
Materi Unit 1. Bernyanyi Solo

Buku PAK SMA/SMK Kelas XII Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2018

Buku PAK SMA/SMK Kelas XI Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017

Buku PAK SMA/SMK Kelas 10 Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017

Capaian Pembelajaran Seni Budaya dan Prakarya SD, SMP, SMA Kurikulum Sekolah Penggerak
Berikut ini adalah Capaian Pembelajaran mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya SD-SMP-SMA sesuai dengan Kurikulum Sekolah Penggerak.
Untuk materi yang lebih lengkap terkait Asesmen dan Modul ajar, buku Guru silahkan menonton penjelasan saya di Youtube Channel Rick_Gtt, bantu like Komen dan SUBSCRIBE ya
Link : https://youtu.be/fAl5l5qJzjw
Semoga bermanfaat
SALINAN
Capaian Pembelajaran Seni Budaya dan prakarya
SD-SMP-SMA Kurikulum Sekolah Penggerak
1. CAPAIAN
PEMBELAJARAN SENI MUSIK
A.
Rasional Mata Pelajaran Seni Musik
Seni musik merupakan ekspresi,
respon, dan apresiasi manusia terhadap berbagai fenomena kehidupan, baik dari
dalam diri maupun dari budaya, sejarah, alam dan lingkungan hidup seseorang, dalam
beragam bentuk tata dan olah bunyi-musik. Musik bersifat individu sekaligus
universal, mampu menembus sekat-sekat perbedaan, serta menyuarakan isi hati dan
buah pikiran manusia yang paling dalam, termasuk yang tidak dapat diwakili oleh
bahasa verbal. Musik mendorong manusia untuk merasakan, dan mengekspresikan
keindahan melalui penataan bunyi-suara.
Melalui pendidikan seni musik,
manusia diajak untuk berpikir dan bekerja artistik-estetik secara kreatif,
memiliki daya apresiasi, menerima perbedaan, menghargai kebhinekaan global,
sejahtera secara utuh (jasmani, mental-psikologis, dan rohani), yang pada
akhirnya akan berdampak terhadap kehidupan manusia (diri sendiri dan orang
lain) dan pengembangan pribadi setiap orang dalam proses pembelajaran yang berkesinambungan
(terus menerus).
B.
Tujuan Mata Pelajaran Seni Musik
1. Peserta
didik mampu mengekspresikan diri atas fenomena kehidupan.
2.
Peserta didik peka
terhadap persoalan diri secara pribadi dan dunia sekitar.
3.
Peserta didik mampu mengasah dan mengembangkan
musikalitas, terlibat dengan praktik-praktik bermusik dengan cara yang sesuai,
tepat, dan bermanfaat, serta turut ambil bagian dan mampu menjawab tantangan
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Secara
sadar dan bermartabat peserta didik mengusahakan
perkembangan kepribadian, karakter, dan kehidupannya baik untuk diri sendiri
maupun untuk sesama dan alam sekitar.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Musik
1. Pelajaran
seni musik mencakup: pengembangan
musikalitas; kebebasan berekspresi; pengembangan imajinasi secara luas;
menjalani disiplin kreatif; penghargaan akan nilai-nilai keindahan;
pengembangan rasa kemanusiaan, toleransi dan menghargai perbedaan; pengembangan
karakter/kepribadian manusia secara utuh (jasmani, mental/psikologis, dan
rohani) yang dapat memberikan dampak dalam kehidupan manusia.
2. Pelajaran
musik membantu mengembangkan musikalitas, kemampuan bermusik peserta didik
melalui berbagai macam praktik musik yang baik secara:
a.
Ekspresif dan indah
b.
Kesadaran, pemahaman dan penghayatan akan
unsur-unsur/ elemen-elemen bunyi-musik dan kaidah-kaidahnya
c. Dengan
penerapan yang tepat guna
Dalam pembelajaran praktik
Seni Musik mencakup elemen-elemen sebagai berikut:
Elemen |
Deskripsi |
Mengalami (Experiencing |
● Peserta didik mengenali, merasakan,
menyimak, mencoba/bereksperimen, dan merespon bunyimusik dari beragam sumber,
dan beragam jenis/ bentuk musik dari berbagai konteks budaya dan era. ● Peserta didik mengeksplorasi bunyi
dan beragam karya-karya musik, bentuk musik, alat-alat yang menghasilkan
bunyi-musik, dan penggunaan teknologi dalam praktik bermusik. ● Peserta didik mengamati,
mengumpulkan, dan merekam pengalaman dari beragam praktik bermain musik,
menumbuhkan kecintaan pada musik dan mengusahakan dampak bagi diri sendiri,
orang lain, dan masyarakat. |
Merefleksikan (Reflecting) |
● Peserta didik
memiliki nilai-nilai yang generatiflestari dalam pengalaman dan pembelajaran
bermusik secara artistik-estetik yang berkesinambungan (terus-menerus). |
Elemen |
Deskripsi |
|
● Peserta didik
mengamati, memberikan penilaian dan membuat hubungan antara karya pribadi dan
orang lain sebagai bagian dari proses berpikir dan bekerja artistik-estetik,
dalam konteks unjuk karya musik. |
Berpikir dan Bekerja Secara Artistik (Thinking and Working Artistically) |
● Peserta didik merancang, menata,
menghasilkan, mengembangkan, me-reka
ulang, dan mengkomunikasikan ide melalui proses mengalami, merefleksikan,
dan menciptakan. ● Peserta didik mengeksplorasi dan
menemukan sendiri bentuk karya dan praktik musik (elaborasi dengan bidang
keilmuan yang lain: seni-rupa, tari, drama/lakon, dan non-seni) yang
membangun, dan bermanfaat untuk menanggapi setiap tantangan hidup dan
kesempatan berkarya secara mandiri. ● Peserta didik meninjau dan
memperbarui karya pribadi sesuai dengan kebutuhan masyarakat, jaman, konteks
fisik-psikis, budaya, dan kondisi alam. ●
Peserta didik menjalani kebiasaan/disiplin secara kreatif sebagai
sarana melatih kelancaran, keluwesan, dan kemampuan bermusik. |
Menciptakan (Creating) |
● Peserta didik memilih penggunaan
beragam media dan teknik bermain dalam praktik musik untuk menghasilkan karya
musik sesuai dengan konteks, kebutuhan dan ketersediaan, serta kemampuan
praktik musik masyarakat, sejalan dengan perkembangan teknologi. ●
Peserta didik menciptakan karya-karya musik dengan standar musikalitas
yang baik dan sesuai dengan kaidah/budaya dan kebutuhan, dapat
dipertanggungjawabkan, berdampak pada diri sendiri dan orang lain, dalam
beragam bentuk praktik musik. |
Berdampak (Impacting)
bagi diri sendiri dan orang lain |
● Peserta didik memilih, menganalisa,
menghasilkan karya-karya musik dengan kesadaran untuk terus mengembangkan
kepribadian dan karakter bagi diri sendiri dan sesama. ● Peserta didik memilih, menganalisa,
menghasilkan karya-karya musik dengan kesadaran untuk terus membangun
persatuan dan kesatuan bangsa. ● Peserta didik memilih, menganalisa,
menghasilkan karya-karya musik dengan kesadaran untuk terus meningkatkan
cinta kasih kepada sesama manusia dan alam semesta. ●
Peserta didik menjalani kebiasaan/disiplin kreatif dalam praktik musik
sebagai sarana melatih pengembangan pribadi dan bersama, dan menjadi semakin
baik (waktu demi waktu, tahap demi tahap).
|
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Seni
Musik setiap Fase
1.
Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD)
Pada akhir Fase A, peserta didik mampu menyimak,
melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas bunyi-musik (bernyanyi,
bermain alat/media musik, mendengarkan), mengimitasi bunyimusik serta dapat
mengembangkannya menjadi pola baru yang sederhana. Peserta didik mengenali diri
sendiri, sesama, dan lingkungannya serta mengalami keberagaman/kebhinekaan
sebagai bahan dasar berkegiatan musik seperti yang terwujud dalam pengenalan
kualitas-kualitas dan unsur-unsur sederhana dalam bunyi/musik beserta konteks yang
menyertainya seperti: lirik lagu dan kegunaan musik yang dimainkan.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Mengalami (Experiencing |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mengimitasi bunyi-musik sederhana dengan mengenal unsur-unsur
bunyi-musik baik intrinsik maupun ekstrinsik. |
Merefleksikan (Reflecting) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mengenali diri sendiri, sesama, dan lingkungan yang beragam
(berkebhinekaan), serta mampu memberi kesan atas praktik bermusik lewat
bernyanyi atau bermain alat/media musik baik sendiri maupun bersama-sama
dalam bentuk sederhana. |
Berpikir dan Bekerja Secara Artistik (Thinking and Working Artistically)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menyimak, mengenali, dan mengimitasi bunyimusik dan menerapkan
kebiasaan bermusik yang baik dan rutin dalam berpraktik musik sederhana sejak
dari persiapan, saat bermusik, maupun usai berpraktik musik, serta memilih
secara aktif dan memainkan karya musik sederhana secara artistik, yang
mengandung nilai-nilai positif dan membangun. |
Menciptakan (Creating) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mengembangkan imitasi bunyi-musik menjadi pola baru yang sederhana
dengan mengenal unsur-unsur bunyi-musik baik intrinsik maupun ekstrinsik. |
Berdampak (Impacting)
bagi diri sendiri dan orang lain |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menjalani kebiasaan bermusik yang baik dan rutin dalam berpraktik musik
dan aktif dalam kegiatan-kegiatan bermusik lewat bernyanyi dan memainkan
media bunyi-musik sederhana serta mendapatkan pengalaman dan kesan baik bagi
diri sendiri, sesama, dan lingkungan. |
2.
Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD)
Pada akhir Fase B, peserta didik dapat memberi kesan dan
mendokumentasikan musik yang dialaminya dalam bentuk lisan, tulisan, gambar,
maupun bentuk lainnya. Peserta didik menjalani kebiasaan praktik musik yang baik dan rutin (disiplin kreatif) dalam
berpraktik musik sederhana untuk kelancaran dan keluwesannya menjalani dan
mengembangkan kemampuan musikalitas baik bagi diri sendiri maupun secara
bersama-sama serta mendapatkan kesan baik atas pengalamannya tersebut. Peserta
didik semakin dapat menyimak, melibatkan diri secara aktif dalam
praktik-praktik bermusik (bernyanyi, bermain alat/media musik, mendengarkan,
membuat musik), semakin lancar dalam mengimitasi bunyi-musik sederhana.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Mengalami (Experiencing |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mengimitasi dan menata bunyi-musik sederhana dengan menunjukkan
kepekaan akan unsur-unsur bunyi-musik baik intrinsik maupun ekstrinsik. |
Merefleksikan (Reflecting) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mengenali diri sendiri, sesama, dan lingkungan yang beragam
(berkebhinekaan), serta mampu memberi kesan atas praktik bermusik lewat
bernyanyi atau bermain alat/media musik baik sendiri maupun bersama-sama
dalam beragam bentuk: lisan, tulisan/gambar, atau referensi lainnya. |
Berpikir dan Bekerja Secara Artistik (Thinking and Working Artistically)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menyimak, mendokumentasikan secara sederhana, dan menjalani kebiasaan
bermusik yang baik dan rutin dalam berpraktik musik sejak dari persiapan,
saat bermusik, maupun usai berpraktik musik, serta memilih secara aktif dan
memainkan karya musik sederhana secara artistik, yang mengandung nilai-nilai
positif dan membangun. |
Menciptakan (Creating) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mengembangkan, mengimitasi, dan menata bunyi-musik sederhana menjadi
pola baru dengan mempertimbangkan unsur-unsur bunyi-musik instrinsik maupun
ekstrinsik. |
Berdampak (Impacting)
bagi diri sendiri dan orang lain |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menjalani, mendokumentasikan kebiasaan bermusik yang baik dan rutin
dalam berpraktik musik dan aktif dalam kegiatankegiatan bermusik lewat
bernyanyi dan memainkan media bunyi-musik sederhana serta mendapatkan pengalaman
dan kesan baik bagi diri sendiri, sesama, dan lingkungan. |
3.
Fase C (Umumnya Kelas V dan VI SD)
Pada akhir Fase C, peserta didik menunjukkan kepekaannya
terhadap unsur-unsur bunyi-musik dan konteks sederhana dari sajian musik
seperti: lirik lagu, kegunaan musik yang dimainkan, serta keragaman budaya yang
melatarbelakanginya. Peserta didik mampu berpartisipasi dalam aktivitas musikal
dan mampu memberikan respon yang memadai dengan lancar dan luwes, sederhana, terencana/situasional, baik secara individu
maupun kelompok (bersama-sama, dengan menyadari pentingnya orang/pihak lain,
persatuan, kekompakan, dan kebersamaan). Peserta didik mampu memberi kesan dan
mendokumentasikan musik yang dialaminya dalam bentuk yang dapat dikomunikasikan
secara lebih umum seperti: lisan, tulisan gambar, notasi musik, dan audio.
Peserta didik mampu menjalani kebiasaan praktik musik yang baik dan rutin dalam
melakukan praktik musik mulai persiapan, penyajian, hingga setelah musik
selesai disajikan. Peserta didik perlu memiliki kemampuan memilih, memainkan
dan menghasilkan karya-karya musik sederhana yang mengandung nilai-nilai
lokal-global yang positif, berperan secara aktif, kreatif, artistik, untuk
mendapatkan pengalaman dan kesan baik untuk perbaikan dan kemajuan diri sendiri
dan bersama.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Mengalami (Experiencing |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mengolah pola/tata bunyi-musik dan semakin menunjukkan tingkat kepekaan
akan unsurunsur bunyi-musik baik intrinsik maupun ekstrinsik. |
Merefleksikan (Reflecting) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mengenali dan memberi kesan atas praktik bermusik lewat bernyanyi atau
bermain alat/ media musik baik sendiri maupun bersamasama dalam bentuk-bentuk
yang bisa diacu dan dikomunikasikan secara lebih umum dalam bentuk: lisan,
tulisan/gambar, notasi musik, maupun audio. |
Berpikir dan Bekerja Secara Artistik (Thinking and Working Artistically)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam berpraktik musik sejak dari
persiapan, saat, maupun usai berpraktik musik, serta memilih, memainkan dan
menghasilkan karya-karya musik sederhana yang mengandung nilai-nilai kearifan
lokal-global dan positif, secara aktif, kreatif, dan artistik. |
Menciptakan (Creating) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menata dan mengolah pola/ tata bunyi-musik dalam konteks sederhana dan
semakin menunjukkan tingkat kepekaan akan unsurunsur bunyi-musik baik
intrinsik maupun ekstrinsik baik secara terencana maupun situasional. |
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Berdampak (Impacting)
bagi diri sendiri dan orang lain |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam berpraktik musik dan aktif
dalam kegiatankegiatan bermusik lewat bernyanyi dan memainkan media
bunyi-musik serta mendapatkan pengalaman dan kesan baik bagi perbaikan dan kemajuan
diri sendiri dan bersama. |
4.
Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII, dan IX
SMP)
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu menyimak dengan
baik, serta mampu melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas
bunyi-musik. Peserta didik menunjukkan kepekaannya terhadap unsur-unsur
bunyi-musik dan konteks sederhana dari sajian musik seperti: lirik lagu,
kegunaan musik yang dimainkan, budaya, era, dan style. Peserta didik menghasilkan gagasan yang kemudian
ditindaklanjuti hingga menjadi karya musik yang otentik dalam sebuah sajian
sebagai perwujudan kepekaan akan unsur-unsur bunyi-musik dengan menunjukkan
pengetahuan dan keluasan ragam konteks, baik secara terencana maupun
situasional sesuai dan sadar akan kaidah tata bunyi-musik. Peserta didik mampu
memberi kesan, dan merekam beragam praktik bermusik baik sendiri maupun
bersama-sama yang berfungsi sebagai dokumentasi maupun alat komunikasi secara
lebih umum serta menyadari hubungannya dengan konteks dan praktik-praktik lain
(di luar musik) yang lebih luas. Peserta didik mampu menjalani kebiasaan
praktik musik yang baik dan rutin. Mulai
persiapan, saat penyajian, maupun setelah praktik musik untuk
perkembangan dan perbaikan kelancaran serta keluwesan dalam melakukan praktik
musik. Peserta didik memiliki kemampuan dalam memilih, memainkan, menghasilkan,
dan menganalisa karya-karya musik secara aktif, kreatif, artistik, musikal yang
mengandung nilai-nilai kearifan lokal dan global serta mendapatkan pengalaman
dan kesan baik dan berharga bagi perbaikan dan kemajuan diri sendiri secara
utuh dan bagi kemajuan bersama.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Mengalami (Experiencing |
Pada akhir fase ini, peserta didik
menyimak, melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas bunyi-musik,
menunjukkan kepekaan akan konteks serta mampu secara aktif berpartisipasi
dalam sajian musik. |
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Merefleksikan (Reflecting) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menyimak, melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas
bunyi-musik, menunjukkan kepekaan akan konteks serta mampu secara aktif
berpartisipasi dalam sajian musik. |
Berpikir dan Bekerja Secara Artistik (Thinking and Working Artistically)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam berpraktik musik sejak dari
persiapan, saat, maupun usai berpraktik musik untuk perkembangan dan
perbaikan kelancaran serta keluwesan bermusik, serta memilih, memainkan,
menghasilkan, dan menganalisa karya-karya musik secara aktif, kreatif,
artistik, musikal, dan mengandung nilai-nilai kearifan lokal baik secara
individu maupun secara berkelompok. |
Menciptakan (Creating) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menghasilkan gagasan hingga menjadi karya musik yang otentik dalam
sebuah sajian dengan kepekaan akan unsur-unsur bunyimusik baik intrinsik
maupun ekstrinsik, keragaman konteks, baik secara terencana maupun
situasional sesuai dan sadar akan kaidah tata bunyi/musik. |
Berdampak (Impacting)
bagi diri sendiri dan orang lain |
Pada akhir fase ini, Peserta didik
mampu menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam berpraktik musik dan aktif
dalam kegiatankegiatan bermusik lewat bernyanyi, memainkan media bunyi-musik
dan memperluas ragam praktik musiknya serta terus mengusahakan mendapatkan
pengalaman dan kesan baik dan berharga bagi perbaikan dan kemajuan diri
sendiri secara utuh dan bersama. |
5.
Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA)
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menyimak dengan
baik dan cermat, melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas
bunyi-musik. Peserta didik dapat mengkaji, memberi kesan, dan merekam beragam
praktik bermusik baik sendiri maupun bersamasama baik sebagai dokumentasi
maupun alat komunikasi secara umum serta menyadari hubungannya dengan konteks
dan praktikpraktik lain (di luar musik) yang lebih luas untuk perbaikan hidup
baik diri sendiri, sesama, lingkungan dan alam semesta. Peserta didik mampu menjalani kebiasaan praktik musik yang baik dan rutin
dalam melakukan praktik musik mulai persiapan, penyajian, maupun setelah
melakukan praktik musik dengan kesadaran untuk perkembangan, perbaikan, kelancaran serta keluwesan dalam melakukan praktik musik. Peserta didik mampu
memilih, memainkan, menghasilkan, menganalisa, merefleksi karya-karya musik
secara aktif, kreatif, artistik, dan musikal secara bebas dan bertanggung
jawab, serta sensitif terhadap fenomena kehidupan manusia serta terus
mengusahakan mendapatkan pengalaman dan kesan baik dan berharga bagi perbaikan
dan kemajuan diri sendiri secara utuh dan bagi kemajuan bersama.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Mengalami (Experiencing |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menyimak, melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas kesan
terhadap bunyi-musik, peka dan paham, serta secara sadar melibatkan konteks
sajian musik dan berpartisipasi aktif dalam sajian musik yang berguna bagi
perbaikan hidup baik untuk diri sendiri. sesama, lingkungan, dan alam
semesta. |
Merefleksikan (Reflecting) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menyimak, melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas kesan
terhadap bunyi-musik, peka dan paham, serta secara sadar melibatkan konteks
sajian musik dan berpartisipasi aktif dalam sajian musik yang berguna bagi
perbaikan hidup baik untuk diri sendiri. sesama, lingkungan, dan alam
semesta. |
Berpikir dan Bekerja Secara Artistik (Thinking and Working Artistically)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam berpraktik musik sejak dari
persiapan, saat, maupun usai berpraktik musik dengan kesadaran untuk
perkembangan dan perbaikan kelancaran serta keluwesan bermusik, serta memilih,
memainkan, menghasilkan, menganalisa, dan merefleksi karya-karya musik secara
aktif, kreatif, artistik, dan musikal secara bebas dan bertanggung jawab,
serta sensitif terhadap fenomena kehidupan manusia. |
Menciptakan (Creating) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menghasilkan gagasan dan karya musik yang otentik dalam sebuah sajian
dengan kepekaan akan unsur-unsur bunyi-musik baik intrinsik maupun
ekstrinsik, keragaman konteks, melibatkan praktik-praktik selain musik (bentuk
seni yang lain) baik secara terencana maupun situasional yang berguna bagi
perbaikan hidup diri sendiri, sesama, lingkungan, dan alam semesta. |
Berdampak (Impacting)
bagi diri sendiri dan orang lain |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam berpraktik musik dan aktif
dalam kegiatankegiatan bermusik lewat bernyanyi, memainkan media bunyi-musik
dan memperluas wilayah praktik musiknya dengan praktik-praktik lain di luar
musik serta terus mengusahakan mendapatkan pengalaman dan |
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
|
kesan baik
dan berharga bagi perbaikan dan kemajuan diri sendiri secara utuh dan
bersama. |
6.
Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA)
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu
menyimak dengan baik dan cermat, melibatkan diri secara aktif dan kreatif dalam
pengalaman atas bunyi-musik. Peserta didik menunjukkan kepekaannya terhadap
unsur-unsur bunyi-musik dan kepekaan serta menunjukan adanya penambahan wawasan
atas beragam konteks dari sajian musik seperti: lirik lagu, kegunaan musik yang
dimainkan, era, style, kondisi
sosial-budaya, ekologis, dan sebagainya. Peserta didik menghasilkan gagasan dan
karya musik yang otentik dengan menunjukkan kepekaan terhadap unsur-unsur bunyi-musik dan memperlihatkan
pengetahuan dan pemahaman atas keragaman konteks. Peserta didik mampu
melibatkan praktikpraktik selain musik (bentuk seni lain, pelibatan dan
penggunaan teknologi yang sesuai) baik secara terencana maupun situasional
sesuai kaidah tata bunyi/musik. Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Mengalami (Experiencing |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menyimak dengan baik dan cermat, melibatkan diri secara aktif dalam
pengalaman atas bunyi-musik, peka dan paham, serta secara sadar melibatkan
konteks sajian musik dan berpartisipasi aktif dalam sajian musik secara luas.
|
Merefleksikan (Reflecting) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menyimak dengan baik dan cermat, melibatkan diri secara aktif dalam
pengalaman atas bunyi-musik, peka dan paham, serta secara sadar melibatkan
konteks sajian musik dan berpartisipasi aktif dalam sajian musik secara luas.
|
Berpikir dan Bekerja Secara Artistik (Thinking and Working Artistically)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menyimak dan menjalani kebiasaan bermusik secara baik dan cermat, serta
menuntukkan tingkat kepekaan yang tinggi akan unsurunsur bunyi-musik,
pengetahuan dan pemahaman bermusik, serta keberagaman konteks musik, dalam
praktik musik yang terencana secara sadar maupurn situasional akan kaidah
tata bunyi-musik. |
Menciptakan (Creating) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menghasilkan gagasan dan karya musik yang otentik dalam sebuah sajian
dengan kepekaan akan unsur-unsur bunyi-musik baik intrinsik |
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
|
maupun ekstrinsik, keragaman
konteks, melibatkan praktik-praktik selain musik (bentuk seni yang lain,
penerapan dan penggunaan teknologi yang sesuai) baik secara terencana maupun
situasional sesuai dan sadar akan kaidah tata bunyi/musik. |
Berdampak (Impacting)
bagi diri sendiri dan orang lain |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam berpraktik musik dan aktif
dalam kegiatankegiatan bermusik lewat bernyanyi, memainkan media bunyi-musik
dan memperluas wilayah praktik musiknya dengan praktik-praktik lain di luar
musik, serta penambahan wawasan akan keberagaman konteks bermusik: lirik
lagu, kegunaan musik yang dimainkan, era, style, konsidi socialbudaya,
ekologis, dan lain-lainnya, yang dapat berdampak bagi perbaikan dan kemajuan
diri sendiri secara utuh dan bersama. |
XVIII.2. CAPAIAN
PEMBELAJARAN SENI RUPA
A. Rasional Mata Pelajaran Seni Rupa
Setiap manusia memiliki
kemampuan untuk melihat, merasakan dan mengalami sebuah keindahan. Bahkan
berbagai kemungkinan dan potensi dalam hidup dapat diprediksi. Hal inilah yang
membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya di muka bumi ini. Kepekaan terhadap
keindahan membantu manusia untuk dapat memaknai hidupnya dan menjalani hidupnya
dengan optimal. Diharapkan melalui pembelajaran seni rupa, kepekaan tersebut
dibangun secara universal, yakni dapat ditangkap oleh mata dan menembus
sekat-sekat perbedaan termasuk perbedaan bahasa.
Semenjak zaman
prehistorik, manusia mengandalkan bahasa rupa sebagai perwujudan sebuah
gagasan. Bahkan, tanpa disadari kehidupan manusia tidak luput dari bahasa rupa
sebagai citra yang memiliki daya dan dampak luar biasa dalam menyampaikan
pesan, menghibur, melestarikan, menghancurkan dan menginspirasi hingga kurun
waktu tak terhingga.
Pembelajaran seni rupa
mengajak peserta didik Indonesia dapat berpikir terbuka, apresiatif, empatik,
serta menghargai perbedaan dan keberagaman. Selain itu, peserta didik Indonesia
juga memperoleh pengalaman estetik sebagai hasil proses perenungan dari dalam
maupun luar diri mereka yang dituangkan dalam karya seni rupa. Karya yang
mencerminkan emosi dan hasil pemikiran mereka yang berdampak pada diri,
lingkungan maupun masyarakat.
Pembelajaran seni rupa
memperlihatkan seni rupa sebagai kekuatan adidaya yang dapat membentuk sejarah,
budaya dan peradaban sebuah bangsa maupun seluruh dunia. Peserta didik
Indonesia harus menghargai dan melestarikan budaya, terutama budaya Indonesia.
Karena melalui budaya peserta didik Indonesia akan tumbuh dan berkembang
menjadi manusia yang dapat melihat, merasakan dan mengalami sebuah keindahan
sehingga dengan kesejahteraan jiwanya itu, peserta didik dapat memberikan
kemampuan terbaik yang dimiliki dirinya pada lingkungan dan masyarakat.
Dengan
demikian, peserta didik Indonesia diharapkan mampu menghidupkan dan
menyelaraskan ranah estetika, logika dan etika dalam sebuah kesatuan yang
optimal sesuai potensi kemanusiaannya sebagaimana termaktub dalam Profil
Pelajar Pancasila
B. Tujuan
Mata Pelajaran Seni Rupa
Pembelajaran seni rupa
bertujuan menjadi wahana yang menyenangkan bagi peserta didik untuk mengalami
bagaimana kreativitas dapat membantu meningkatkan kualitas hidupnya. Diharapkan
melalui pengalaman belajar yang menyenangkan, relevan dan dekat secara emosional
dengan kehidupan peserta didik seharihari, Pendidikan Seni Rupa bertujuan
menghasilkan peserta didik yang antusias untuk
terus belajar (life long learner),
kreatif, mampu berani mengekspresikan
diri, gigih berusaha, reflektif, bernalar kritis, berkontribusi aktif bagi
lingkungannya dan selalu membuat keputusan dengan tanggung jawab.
Peserta didik Indonesia
yang berkualitas juga mampu percaya diri bekerja efektif dan efisien secara
mandiri maupun bekerjasama dengan orang lain tanpa memandang latar belakang
sosial ekonomi, perbedaan suku, agama, ras dan antargolongan. Kesadaran atas
perbedaan sebagai sebuah kewajaran dalam hidup dan memandangnya sebagai potensi
kekuatan merupakan kualitas lainnya yang diharapkan terbentuk dalam diri
peserta didik Indonesia. Kemampuan mengapresiasi, peka terhadap keindahan yang
ada di sekitar diri, lingkungan dan masyarakat yang beragam secara global
maupun dunia. Pembelajaran seni rupa juga dapat mempertajam kemampuan peserta
didik Indonesia dalam melihat, mengenal, merasakan, memahami dan mengalami
nilai-nilai estetik guna menyampaikan maupun merespon sebuah gagasan atau
situasi, melihat dan menciptakan sebuah
peluang dan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki untuk menyelesaikan sebuah
permasalahan. Oleh karena itu, tujuan dari pembelajaran seni rupa memiliki
peran yang sangat penting sebagai pembentuk peserta didik Indonesia sesuai
profil pelajar Pancasila (Education
through Art).
C. Karakteristik
Mata Pelajaran Seni Rupa
●
Kreativitas peserta didik Indonesia tumbuh dan
berkembang melalui ruang kebebasan peserta didik dalam mencari, melihat,
mengamati, merasakan dari berbagai sudut pandang, kemudian membangun pemahaman
kembali dan mengembangkannya dalam berbagai gagasan, proses dan bentuk melalui
medium seni rupa.
●
Kepekaan dan daya apresiasi peserta didik
Indonesia terbentuk melalui pengalaman mencipta, menikmati, mengetahui,
memahami, bersimpati, berempati, peduli dan toleransi terhadap beragam nilai,
budaya, proses dan karya.
●
Keterampilan peserta didik Indonesia dalam
bekerja artistik berkembang melalui kemampuan merancang, menggambar, membentuk,
memotong, menyambungkan berbagai medium seni rupa.
●
Karya seni rupa yang dihasilkan oleh peserta
didik Indonesia memiliki kontribusi yang berdampak pada diri dan lingkungannya
sebagai respon positif dari sebuah permasalahan baik secara global maupun
internasional.
●
Peserta didik Indonesia mampu berkolaborasi dan
terhubung erat antar keilmuan seni maupun bidang ilmu lainnya sebagai upaya
bersama dalam mencari solusi dalam permasalahan di berbagai aspek kehidupan.
Gambar 1. Lima elemen/domain landasan pembelajaran seni rupa
Landasan Pembelajaran
Seni Rupa memiliki lima elemen/domain yang mandiri dan berjalan beriringan
sebagai kesatuan yang saling mempengaruhi dan mendukung. Setiap elemen bukanlah sebuah urutan atau
prasyarat dari elemen lainnya. Masing-masing mampu berdiri sendiri secara
mandiri namun memiliki keterhubungan dalam peran antar elemen:
Elemen |
Deskripsi |
Mengalami (Experiencing) |
Landasan pembelajaran seni rupa
mengarahkan peserta didik untuk mendapatkan pengalaman secara langsung
dengan; mengenali, merasakan, dan memahami objek seni rupa. Selanjutnya,
peserta didik dapat merespon aneka sumber gaya seni rupa, era dan budaya. Dalam eksplorasi dan eksperiman,
peserta didik dapat menggunakan berbagai bahan, alat, teknologi dalam proses
menciptakan sebuah karya seni rupa. Selain itu, peserta didik juga
mengumpulkan dan merekam informasi baik melalui pengalaman visual maupun
estetik dari kehidupan sehari-hari yang nantinya dituangkan pada karya
mereka. |
Menciptakan (Making/Creating)
|
Landasan pembelajaran
seni rupa memotivasi peserta didik dalam menciptakan sebuah karya seni rupa
melalui pemilihan dan penggunaan bahan, alat maupun teknik yang sesuai dengan
konteks, kebutuhan, ketersediaan, kemampuan dan pengalaman peserta didik itu
sendiri. |
Merefleksikan (Reflecting) |
Landasan pembelajaran seni rupa
melatih peserta didik dapat merefleksikan perkembangan diri dengan kemampuan
efektivitas gagasan, pesan dan medium dari karyanya. Kemampuan dalam
melihat, mengamati dan membuat hubungan estetika antara karya dengan dirinya,
lingkungan maupun masyarakat menjadi tolok ukur dalam kegiatan refleksi
dimana peserta didik dapat menyampaikan pesan atau gagasannya dalam sebuah
karya. Peserta didik mampu menjelaskan, memberi komentar dan umpan balik
secara kritis atas karya pribadi maupun karya orang lain dengan
mempresentasikannya secara runut, terperinci dan menggunakan kosa kata yang
tepat. |
Berpikir dan Bekerja Artistik (Thinking and Working Artistically) |
Kemampuan peserta didik untuk
berpikir dan bekerja artistik ditandai dengan adanya kreativitas dalam
menyelesaikan sebuah permasalahan. Melalui sikap antusias dan keingintahuan
peserta didik dalam mengajukan pertanyaan yang bermakna, hingga pengembangan
gagasan diharapkan peserta didik mampu melihat, mengamati dan merasakan dari
berbagai sudut pandang dalam menciptakan sebuah peluang, menjawab tantangan
dan menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari. Peserta didik wajib mengetahui
berbagai prosedur dasar sederhana dalam berkarya. Sehingga nilai etika selalu
beriringan dengan artistik dan estetika. Meskipun demikian, peserta didik
tetap diberikan kebebasan dalam mengeksplorasi dan bereksperimen sehingga
menemukan cara mereka sendiri dalam mengembangkan gagasannya. Kemandirian yang
terbentuk perlu diikuti dengan kemampuan peserta didik untuk bekerjasama,
gotong royong, dan berkolaborasi baik antar keilmuan maupun dengan bidang
ilmu lainnya atau antar diri, lingkungan maupun dengan masyarakat. |
Elemen |
Deskripsi |
Berdampak (Impacting) |
Setiap proses dalam pembelajaran
seni rupa memberikan dampak pada diri, lingkungan dan masyarakat. Peserta
didik diharapkan dapat memilih, menganalisis dan menghasilkan karya seni rupa
yang memiliki dampak luas, tidak hanya pada dirinya, tetapi pada lingkungan
dan masyarakat. |
D. Capaian
Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Rupa setiap Fase
1. Fase
A (Umumnya untuk kelas I dan II SD)
Pada akhir Fase A
(Kelas I dan II SD) diharapkan peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam
dan menuangkan kembali secara visual. Fase A terdiri dari masa Pra-Bagan (pre schematic period) untuk kelas 1 SD
dan masa Bagan (schematic period)
untuk kelas 2 SD. Pada masa Pra-Bagan diharapkan peserta didik dapat
menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk merespon berbagai obyek dari
dunia sekitarnya. Sedangkan pada masa Bagan, peserta didik diharapkan telah
memiliki konsep bentuk yang lebih jelas. Di akhir fase A, peserta didik mampu
menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris sebagai ungkapan ekspresi kreatif
dalam merespon berbagai obyek dari dunia sekitarnya dengan konsep bentuk yang
jelas.
Fase A Berdasarkan
Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Mengalami (Experiencing) |
Pada akhir fase A, peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam dan
menuangkan pengalaman kesehariannya secara visual dengan menggunakan
bentukbentuk dasar geometris. Peserta didik mengeksplorasi alat dan bahan
dasar dalam berkarya. Peserta didik juga mengenali prosedur dasar dalam
berkarya. |
Menciptakan (Making/Creating)
|
Pada akhir fase A, peserta didik mampu menciptakan karya dengan
mengeksplorasi dan menggunakan elemen seni rupa berupa garis, bentuk dan
warna. |
Merefleksikan (Reflecting) |
Pada akhir fase A, peserta didik mampu mengenali dan menceritakan fokus
dari karya yang diciptakan atau dilihatnya (dari teman sekelas karya seni
dari orang lain) serta pengalaman dan perasaannya mengenai karya tersebut. |
Berpikir dan
Bekerja Artistik (Thinking and Working Artistically) |
Pada akhir fase A, peserta didik mampu mengenali dan membiasakan diri
dengan berbagai prosedur dasar sederhana untuk berkarya dengan aneka pilihan
media yang tersedia di sekitar.Peserta didik mengetahui dan memahami keutamaan
faktor keselamatan dalam bekerja. |
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Berdampak (Impacting) |
Pada akhir fase A, peserta didik mampu menciptakan karya sendiri yang
sesuai dengan perasaan atau minatnya. |
2. Fase
B (Umumnya untuk Kelas III dan IV SD)
Pada akhir Fase B
(Kelas III dan IV SD) diharapkan peserta didik mampu mengenal unsur rupa dan
dapat menggunakan keterampilan atau pengetahuan dasar tentang bahan, alat,
teknik, teknologi dan prosedur dalam menuangkan kembali secara visual dalam
bentuk karya. Fase B terdiri dari masa Bagan (schematic period) untuk kelas 3 SD dan masa Realisme Awal (early realism/dawning realism) untuk
kelas 4 SD. Pada masa Bagan, peserta didik memiliki kecenderungan untuk
mengulang sebuah bentuk sehingga konsep bentuk menjadi jelas. Peserta didik
juga mulai memiliki kesadaran ruang yang ditandai dengan penggunaan garis pijak
(base line), walaupun penafsiran
terhadap ruang masih bersifat subyektif seperti gambar ideoplastis (gambar
terawang/tembus pandang). Sedangkan pada masa Realisme Awal, peserta didik
diharapkan mulai memiliki kesadaran perspektif meskipun masih berdasarkan
penglihatan dirinya sendiri. Peserta didik sudah dapat mengamati obyek dengan
rinci walaupun penguasaan proporsi (perbandingan ukuran) belum optimal. Di
akhir fase B, peserta didik mampu menuangkan pengalamannya melalui visual
sebagai ungkapan ekspresi kreatif secara rinci walaupun hasilnya belum
menunjukkan proporsi yang optimal. Diharapkan pada akhir fase ini, peserta
didik juga telah memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar tentang bahan,
alat, teknik, teknologi dan prosedur yang menunjang proses kreatif peserta
didik.
Fase B Berdasarkan
Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Mengalami (Experiencing) |
Pada akhir fase B, peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam dan
menuangkan pengalaman kesehariannya secara visual dengan menggunakan garis
pijak dan proporsi walaupun masih berdasarkan penglihatan sendiri. Peserta
didik dapat menggunakan alat, bahan dan prosedur dasar dalam berkarya. |
Menciptakan (Making/Creating)
|
Pada akhir fase B, peserta didik mampu menciptakan karya dengan
mengeksplorasi dan menggunakan elemen seni rupa berupa |
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
|
garis, bentuk, tekstur, ruang dan warna. |
Merefleksikan (Reflecting) |
Pada akhir fase B, peserta didik mampu mengenali dan menceritakan fokus
dari karya yang diciptakan atau dilihatnya (dari teman sekelas karya seni
dari orang lain atau era atau budaya tertentu) serta pengalaman dan
perasaannya mengenai karya tersebut. |
Berpikir dan
Bekerja Artistik (Thinking and Working Artistically) |
Pada akhir fase B, peserta didik mulai mulai terbiasa secara mandiri
menggunakan berbagai prosedur dasar sederhana untuk berkarya dengan aneka
pilihan media yang tersedia di sekitar. Peserta didik mengetahui, memahami
dan mulai konsisten mengutamakan
faktor keselamatan dalam bekerja. |
Berdampak (Impacting) |
Pada akhir fase B, peserta didik mampu menciptakan karya sendiri yang
sesuai dengan perasaan, minat atau konteks lingkungannya. |
3. Fase
C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD)
Pada akhir Fase C
(Kelas V dan VI SD) diharapkan peserta didik mampu bekerja mandiri dan/atau
berkelompok dalam mengeksplorasi, menemukan, memilih, menggabungkan unsur rupa
dengan pertimbangan nilai artistik dan estetik karya yang didukung oleh medium,
teknik, dan prosedur berkarya. Fase C masuk pada masa Realisme Awal (early realism/dawning realism). Peserta
didik diharapkan mulai menyadari konsep ruang dan garis horizon. Di samping
itu, peserta didik juga mulai menyadari pemahaman warna, keseimbangan (balance) dan irama/ritme (rhythm) dalam melakukan proses kreatif.
Di akhir fase C, peserta didik mampu menuangkan pengalamannya melalui visual
sebagai ekspresi kreatif secara rinci, ditandai penguasaan ruang dengan penggunaan
garis horizon dalam karyanya. Diharapkan pada akhir fase ini, proses kreatif
dan kegiatan apresiasi peserta didik telah mencerminkan penguasaan terhadap
bahan, alat, teknik, teknologi dan prosedur yang mewakili perasaan dan empati
peserta didik.
Fase C Berdasarkan
Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Mengalami (Experiencing) |
Pada akhir fase C, peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam dan
menuangkan pengalaman kesehariannya secara visual dengan menggunakan konsep
ruang, garis horison, pemahaman warna, keseimbangan (balance) dan irama/ritme (rhythm).
Peserta didik dapat menggunakan dan menggabungkan alat, bahan dan prosedur
dasar dalam berkarya. |
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Menciptakan (Making/Creating)
|
Pada akhir
fase C, peserta didik mampu menciptakan karya dengan mengeksplorasi,
menggunakan dan menggabungkan elemen seni rupa berupa garis, bentuk, tekstur
dan ruang. Peserta didik mulai menggunakan garis horizon. Selain itu, peserta didik mulai menunjukkan pemahaman warna,
keseimbangan dan irama/ritme dalam karya. |
Merefleksikan (Reflecting) |
Pada akhir fase C, peserta didik mampu mengenali dan menceritakan fokus
dari karya yang diciptakan atau dilihatnya (dari teman sekelas karya seni
dari orang lain atau era atau budaya tertentu) serta pengalaman dan
perasaannya mengenai karya tersebut. |
Berpikir dan
Bekerja Artistik (Thinking and Working Artistically) |
Pada akhir fase C, peserta didik secara mandiri secara mandiri
menggunakan berbagai prosedur dasar sederhana untuk berkarya dengan aneka
pilihan media yang tersedia di sekitar. Peserta didik mengetahui, memahami
dan konsisten mengutamakan faktor keselamatan dalam bekerja. |
Berdampak (Impacting) |
Pada akhir fase C, peserta didik mampu menciptakan karya sendiri yang
sesuai dengan perasaan, minat atau konteks lingkungannya. |
4. Fase
D (Umumnya untuk kelas VII, VIII, dan IX SMP)
Pada
akhir Fase D (Kelas VII, VIII, dan IX SMP) diharapkan peserta didik mampu
bekerja mandiri dan/atau berkelompok dalam menghasilkan sebuah karya,
mengapresiasi berdasarkan perasaan, empati dan penilaian pada karya seni rupa.
Fase D masuk ke dalam masa Naturalisme Semu (Pseudo Naturalistic) yang ditandai kemampuan peserta didik dalam
berpikir abstrak. Di samping itu, peserta didik diharapkan mulai memiliki
kemampuan proporsi (rasa perbandingan) dan gesture (gerak tubuh obyek) sebagai
respon kemampuan perkembangan sosial peserta didik yang semakin berkembang. Di
akhir fase D, peserta didik mampu menuangkan pengalamannya melalui visual
sebagai ekspresi kreatif secara rinci, ditandai penguasaan ruang, proporsi dan
gesture dalam bekerja mandiri dan/atau berkelompok. Diharapkan pada akhir fase
ini, proses kreatif dan kegiatan apresiasi peserta didik telah mencerminkan
penguasaan terhadap bahan, alat, teknik, teknologi dan prosedur yang mewakili
perasaan dan empati peserta didik. Selain itu, peserta didik juga dapat
menyampaikan pesan lisan atau tertulis tentang karya seni rupa berdasarkan pada
pengamatannya terhadap karya seni rupa tersebut.
Fase D Berdasarkan
Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Mengalami (Experiencing) |
Pada akhir fase D, peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam dan
menuangkan pengalaman dan pengamatannya terhadap lingkungan, perasaan atau
empatinya secara visual dengan menggunakan proporsi, gestur dan ruang. Karya
peserta didik mencerminkan penguasaan terhadap bahan, alat, teknik, teknologi
dan prosedur yang sesuai dengan karyanya. |
Menciptakan (Making/Creating)
|
Pada akhir fase D, peserta didik mampu menciptakan karya seni
dengan menggunakan dan menggabungkan pengetahuan elemen seni rupa
atau prinsip desain dan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya, dalam
konteks ekspresi pribadi atau sesuai topik tertentu. |
Merefleksikan (Reflecting) |
Pada akhir
fase D, peserta didik mampu mengevaluasi dan menganalisa efektivitas pesan dan penggunaan medium
sebuah karya pribadi maupun orang lain, serta menggunakan informasi tersebut untuk
merencanakan langkah pembelajaran selanjutnya. |
Berpikir dan
Bekerja Artistik (Thinking and Working Artistically) |
Pada akhir fase D, peserta didik mampu berkarya dan mengapresiasi
berdasarkan perasaan, empati dan penilaian pada karya seni secara ekspresif,
produktif, inventif dan inovatif. Peserta didik mampu menggunakan
kreativitasnya, mengajukan pertanyaan yang bermakna dan mengembangkan gagasan
untuk memecahkan masalah, menjawab tantangan dan peluang yang ada di
lingkungan sekitarnya. Peserta didik mampu melihat keterhubungan dengan
bidang keilmuan lainnya. |
Berdampak(Impacting)
|
Pada akhir fase D, peserta didik mampu membuat karya sendiri atas dasar
perasaan, minat, dan sesuai akar budaya sehari-hari. |
5. Fase
E (Umumnya untuk kelas X SMA)
Pada akhir Fase E
(Kelas X SMA) diharapkan peserta didik
mampu bekerja mandiri dan/atau berkelompok dalam menghasilkan sebuah karya,
mengapresiasi berdasarkan perasaan, empati dan penilaian pada karya seni rupa
serta peserta didik dapat menyampaikan pesan lisan atau tertulis tentang karya
seni rupa. Fase E masuk ke dalam Masa Penentuan (Period of Decision) yang ditandai timbulnya kesadaran akan
kemampuan diri dalam proses kreatif. Peserta didik menunjukkan perbedaan minat
antar individu. Kecenderungan kelompok peserta didik yang berbakat dan memiliki
minat pada bidang kreatif, akan melanjutkan kegiatannya dengan rasa senang.
Seni Rupa merupakan wahana untuk melatih berpikir kreatif, terlepas dari
kemampuan dan minat peserta didik. Di akhir fase E, peserta didik diharapkan
memiliki nalar kritis, menghasilkan atau mengembangkan gagasan dalam proses
kreatif dalam merespon lingkungannya secara mandiri dan/atau berkelompok. Dalam
proses kreatif tersebut, peserta didik telah memahami ruang, proporsi, gesture
dan menentukan bahan, alat, teknik, teknologi dan prosedur yang sesuai dengan
tujuan karyanya. Selain itu, peserta didik juga dapat menyampaikan pesan dan
gagasan secara lisan dan/atau tertulis tentang karya seni rupa berdasarkan pada
pengamatan dan pengalamannya, secara efektif, runut, terperinci dan menggunakan
kosa kata seni rupa yang tepat.
Fase E Berdasarkan
Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Mengalami (Experiencing) |
Pada akhir fase E, peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam dan
menuangkan pengalaman dan pengamatannya terhadap lingkungan, perasaan, empati
atau penilaiannya secara visual dengan menggunakan proporsi, gestur, ruang
yang rinci. Karya peserta didik mencerminkan penguasaan terhadap bahan, alat,
teknik, teknologi dan prosedur yang dipilihnya (sesuai minat dan
kemampuannya). |
Menciptakan (Making/Creating)
|
Pada akhir fase E, peserta didik mampu menciptakan karya seni yang
menunjukkan pilihan keterampilan,medium dan pengetahuan elemen seni rupa atau
prinsip desain tertentu yang sesuai dengan tujuan karyanya, dalam konteks
ekspresi pribadi atau sesuai topik tertentu. |
Merefleksikan (Reflecting) |
Pada akhir fase E, peserta didik mampu secara kritis mengevaluasi dan
menganalisa efektivitas pesan dan penggunaan medium sebuah karya, pribadi
maupun orang lain serta menggunakan
informasi tersebut untuk merencanakan langkah pembelajaran selanjutnya. |
Berpikir dan
Bekerja Artistik (Thinking and Working Artistically) |
Pada akhir fase E, peserta didik mampu berkarya dan mengapresiasi
berdasarkan perasaan, empati dan penilaian pada karya seni secara ekspresif,
produktif, inventif dan inovatif. Peserta didik mampu menggunakan
kreativitasnya, mengajukan pertanyaan yang bermakna dan mengembangkan gagasan
dan menggunakan berbagai sudut pandang untuk mendapatkan gagasan, menciptakan
peluang, menjawab tantangan dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik juga mampu bekerja secara mandiri, |
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
|
bergotong royong maupun berkolaborasi dengan bidang keilmuan lain atau
masyarakat di lingkungan sekitar. |
Berdampak (Impacting) |
Pada akhir fase E, peserta didik mampu membuat karya sendiri atas dasar
perasaan, minat, nalar dan sesuai akar budaya pada masyarakatnya. |
6. Fase
F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA)
Pada akhir Fase F
(Kelas XI – XII SMA) diharapkan peserta didik mampu melihat keterhubungan dan
berkolaborasi dengan bidang keilmuan lain atau masyarakat. Fase F, masuk ke
dalam Masa Penentuan (Period of Decision)
dimana kepercayaan diri telah tumbuh. Fase ini ditandai dengan kemampuan
peserta didik dalam menganalisa dan mengevaluasi sebuah pesan, gagasan, medium
dan penggunaan unsur-unsur rupa secara efektif. Kesadaran peserta didik
terhadap keterlibatan seni dalam segala aspek kehidupan diharapkan mulai tumbuh
pada fase ini. Di akhir fase F, peserta didik diharapkan memiliki nalar kritis,
menghasilkan atau mengembangkan gagasan dalam proses kreatif dalam merespon
keterkaitan diri dan lingkungannya secara mandiri dan/atau berkelompok. Dalam
proses kreatif tersebut, peserta didik sudah dapat menentukan bahan, alat, teknik,
teknologi dan prosedur yang sesuai dengan tujuan karyanya. Peserta didik juga
diharapkan sudah dapat bekerja secara produktif, inventif atau inovatif baik
secara mandiri maupun berkelompok. Selain itu, peserta didik juga dapat
menyampaikan pesan dan gagasan secara lisan dan/atau tertulis tentang karya
seni rupa berdasarkan pada pengamatan dan pengalamannya, secara efektif, runut,
terperinci dan menggunakan kosa kata seni rupa yang tepat. Fase F Berdasarkan
Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Mengalami (Experiencing) |
Pada akhir fase F, peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam dan
menuangkan pengalaman dan pengamatannya terhadap keterlibatan seni rupa dalam
kehidupan sehari -hari secara visual dengan menggunakan proporsi, gestur,
ruang yang rinci. Karya peserta didik mencerminkan penguasaan terhadap bahan,
alat, teknik, teknologi dan prosedur yang dipilihnya (sesuai minat, kemampuan
dan ketersediaan di daerahnya). |
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Menciptakan (Making/Creating)
|
Pada akhir fase F, peserta didik mampu menciptakan karya seni yang
menunjukkan penguasaan atas pilihan keterampilan, medium, pengetahuan elemen
seni rupa atau prinsip desain tertentu yang sesuai dengan tujuan karyanya,
dalam konteks ekspresi pribadi atau sesuai topik tertentu. |
Merefleksikan (Reflecting) |
Pada akhir fase F, peserta didik mampu secara kritis dan mendalam
mengevaluasi dan menganalisa efektivitas dampak karya pribadi maupun orang
lain serta menggunakan informasi
tersebut untuk merencanakan langkah pembelajaran selanjutnya. |
Berpikir dan
Bekerja Artistik (Thinking and Working Artistically) |
Pada akhir fase F, peserta didik mampu berkarya dan mengapresiasi
berdasarkan perasaan, empati dan penilaian pada karya seni secara ekspresif,
produktif, inventif dan inovatif. Peserta didik mampu menggunakan
kreativitasnya, mengajukan pertanyaan yang bermakna dan mengembangkan gagasan
dan menggunakan berbagai sudut pandang untuk mendapatkan gagasan, menciptakan
peluang, menjawab tantangan dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Peserta didik juga mampu bekerja secara mandiri, bergotong royong
maupun berkolaborasi dengan bidang keilmuan lain atau masyarakat di
lingkungan sekitar. |
Berdampak (Impacting) |
Pada akhir fase F, peserta didik mampu membuat karya sendiri dengan
mendeskripsikan konsep atas dasar perasaan, minat, nalar dan sesuai akar
budaya dan perkembangannya yang ada di masyarakatnya. |
XVIII.3. CAPAIAN
PEMBELAJARAN SENI TARI
A. Rasional
Mata Pelajaran Seni Tari
Seni merupakan respon,
ekspresi, dan apresiasi manusia terhadap berbagai fenomena kehidupan, baik di
dalam (diri) dan di luar (budaya, sejarah, alam dan lingkungan) seseorang, yang
diekspresikan melalui media (tari, musik, rupa, lakon/teater). Seni bersifat
universal, ia menembus sekat-sekat perbedaan dan menyuarakan hal-hal yang tidak
dapat diwakili oleh bahasa. Seni mengajak manusia untuk mengalami, merasakan
dan mengekspresikan keindahan. Melalui pendidikan seni, manusia diajak untuk
berpikir dan bekerja secara artistik agar manusiawi, kreatif, memiliki
apresiasi estetis, menghargai kebhinekaan global dan sejahtera secara
psikologis, sehingga berdampak pada kehidupan dan pembelajaran yang
berkesinambungan. Untuk itu, pembelajaran seni dapat dilakukan melalui
pendekatan belajar dengan seni, belajar tentang seni dan belajar melalui
seni.
Seni tari dapat
membantu peserta didik memiliki kepekaan estetis, mengembangkan sensitivitas,
multi kecerdasan, kreativitas, dan nilainilai kehidupan, sehingga membentuk
karakter serta kepribadian yang positif. Pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang digunakan dalam menanggapi tari dengan memperhatikan budaya dan konteks
sosial melalui pengalaman mengalami, menciptakan, refleksi, berpikir, dan
bekerja artistik, dan berdampak sesuai elemen pada capaian pembelajaran seni
dari berbagai sumber. Kegiatan mengeksplorasi dan mengekspresikan diri dalam
tari menggunakan tubuh sebagai media komunikasi yang memperhatikan unsur
keindahan sesuai norma yang berlaku di masyarakat setempat. Seni tari juga
memberikan kontribusi dalam perkembangan keterampilan abad 21 yang terkait
dengan berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif untuk menjawab
tantangan di era global yang mencerminkan profil pelajar pancasila.
Profil
Pelajar Pancasila meliputi 1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan
berakhlak mulia; 2) mandiri; 3) bernalar kritis; 4) kreatif; 5) gotong royong;
6) berkebhinekaan global. Berdasarkan profil pelajar pancasila tersebut, maka
belajar dalam dan melalui tari dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
peserta didik tentang budaya dan konteks yang beragam dan mengembangkan
identitas pribadi, sosial, dan budaya mereka. Harapannya peserta didik dapat
memahami dirinya sendiri melalui proses kreatif dalam mengembangkan kemampuan
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
B. Tujuan
Mata Pelajaran Seni Tari
Seni tari bertujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan untuk:
1. Meningkatkan
multi kecerdasan, khususnya kinestetik sebagai ungkapan ekspresi, melalui
gagasan, perasaan, kreativitas, dan imajinasi yang memiliki nilai estetis dan
artistik, kehalusan budi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri.
2. Mengolah
tubuh untuk mengembangkan fleksibilitas, keseimbangan, dan kesadaran diri yang
mengasah kreatifitas dan imajinasi untuk diungkapkan melalui gerak tari sebagai
bentuk komunikasi yang memiliki keindahan dan artistik.
3. Meningkatkan
kepekaan rasa dan nilai estetis, seni, dan budaya tari dalam konteks masa lalu,
masa kini dan masa yang akan datang.
4. Memahami
budaya Indonesia meliputi sejarah, dan tari tradisi melalui berbagai sumber
daya dan aktivitas seni yang bermakna sebagai pembentukan identitas diri dan
bangsa dalam menghargai keberagaman, serta pelestarian budaya seni tari
Indonesia.
5. Mengembangkan
tari tradisi Indonesia dan menyebarluaskannya sebagai usaha menjalin interaksi
sosial, serta komunikasi antar budaya dalam konteks global.
6. Menjawab
tantangan perkembangan dan perubahan di abad 21.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Tari
Seni tari merupakan
pembelajaran yang berbasis pada kecerdasan kinestetik dengan memperhatikan
keindahan dan artistik sesuai dengan norma yang berlaku, untuk itu seni tari
sangat erat kaitannya dengan budaya dan pola pikir masyarakat setempat. Melalui
seni tari, peserta didik dapat meningkatkan kreativitas, dan apresiasi dalam
berkarya seni dan dapat memaknai fenomena kehidupan yang diimplementasikan
dalam keseharian.
Dalam membelajarkan
seni tari, dibutuhkan pendekatan berupa elemen-elemen yang saling berkaitan,
yaitu mengalami, mencipta, refleksi, yang bermuara pada berpikir dan bekerja
artistik, sehingga berdampak bagi dirinya dan orang lain. Elemen ini merupakan
siklus yang dapat dilihat pada skema berikut ini.
Gambar. 1 Skema Elemen Capaian Pembelajaran Seni
Capaian pembelajaran
seni tari dijawantahkan dan dideskripsikan sesuai dengan fase-fase yang telah
ditetapkan. Tahapan dari setiap fase merupakan siklus bukan taksonomi, sehingga
untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan dalam kolom dibawah ini.
Elemen |
Deskripsi |
Berpikir dan
bekerja artistik (Thinking and
working artistically) |
● Merancang, menata, mencipta ulang,
menghasilkan dan menunjukkan ide tari, baik secara individual maupun
berkelompok yang diperoleh dari hasil berpikirnya sampai menemukan
karakteristik gaya secara personal. ● Mengembangkan ide dengan
memperhatikan unsur utama dan pendukung tari seperti musik, properti, tata
rias, tata busana, panggung, dan juga merancang manajemen pertunjukannya. ●
Mengeksplorasi dan menemukan sendiri bentuk karya yang bisa
mengelaborasi aspek seni yang lain: seni-rupa, tari, drama, bahkan non-seni
yang membangun, dan bermanfaat untuk menanggapi setiap tantangan hidup dan
kesempatan berkarya. |
Mengalami (Experiencing) |
● Mengamati, menggali dan
membandingkan berbagai macam pertunjukkan tari dalam konteks sejarah dan
budaya. ● Mendapatkan kesempatan untuk melihat
seni pertunjukan tari dari berbagai sumber seperti pertunjukan langsung,
koreografi dari rekan, dan rekaman. ● Memahami nilai dari pertunjukan
tersebut melalui latar belakang, fungsi, makna, simbol, dan nilai estetis dalam
menciptakan karya. ●
Mengembangkan kepercayaan diri dalam eksplorasi gerak tubuh melalui
fleksibilitas, |
Elemen |
Deskripsi |
|
koordinasi tubuh, keseimbangan dan kekuatan. |
Menciptakan (Creating) |
● Mengidentifikasi, menemukenali,
merangkai, membuat, dan menciptakan tari dengan menerapkan prinsip dan
prosedur penciptaan tari. ●
Meningkatkan kreativitas dalam mengekspresikan diri melalui gerak yang
diciptakan dengan memperhatikan keorisinalitasan. Hal ini akan menumbuhkan
motivasi berkreasi dalam diri yang berpengaruh terhadap penemuan-penemuan
bentuk gerak tari yang inovatif. |
Merefleksikan (Reflecting) |
● Mengemukakan, menghargai, mengukur
dan mengevaluasi hasil karya tari dengan mempertimbangkan ide-ide dan
pengalaman. ●
Berupaya menilai kekuatan atau kelemahan untuk mendukung dan
mengembangkan kemampuan diri atau pribadinya. |
Berdampak (Impacting) |
● Merespon dirinya atau keadaan di
sekitar untuk dikomunikasikan dalam bentuk karya tari sehingga dapat
mempengaruhi orang lain dan lingkungan sekitar. ● Memilih, menganalisa, menghasilkan
karya tari dengan kesadaran untuk terus
mengembangkan kepribadian dan karakter bagi diri sendiri, sesama dan
persatuan nusa bangsa. |
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Tari
setiap Fase
1. Fase
A (Umumnya untuk kelas I dan II SD)
Pada akhir fase,
peserta didik mampu mengemukakan pencapaian diri dalam mengamati bentuk tari
sebagai pengetahuan dasar untuk membuat gerak berdasarkan unsur utama tari
(gerak, ruang, waktu, dan tenaga), gerak di tempat dan gerak berpindah yang
dipertunjukan sesuai norma/ perilaku dengan percaya diri, sehingga dapat
menumbuhkan rasa keingintahuan dan antusiasme. Peserta didik mampu mengenal
gerak sebagai unsur utama tari.
Fase A Berdasarkan
Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Berpikir dan
bekerja artistik (Thinking and
working artistically) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menunjukkan hasil gerak berdasarkan norma/ perilaku yang sesuai dalam
menari dengan keyakinan dan percaya diri saat mengekspresikan ide, perasaan
kepada penonton atau lingkungan sekitar. |
Mengalami (Experiencing)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mengamati bentuk tari sebagai media komunikasi serta mengembangkan
kesadaran |
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
|
diri dalam mengeksplorasi unsur
utama tari meliputi gerak, ruang, waktu, tenaga, serta gerak di tempat dan
gerak berpindah. |
Menciptakan (Creating)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mengidentifikasi unsur utama tari (gerak, ruang, waktu dan tenaga),
gerak ditempat dan gerak berpindah untuk membuat gerak yang memiliki kesatuan
gerak yang indah. |
Merefleksikan (Reflecting)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mengemukakan pencapaian diri secara lisan, tulisan, dan kinestetik. |
Berdampak (Impacting) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menumbuhkan keingintahuan, menunjukan antusiasme saat proses
pembelajaran tari yang berpengaruh pada kemampuan diri dalam menyelesaikan
aktivitas pembelajaran tari. |
2. Fase
B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD)
Pada akhir fase,
peserta didik mampu menilai hasil pencapaian diri melalui pengamatan bentuk
penyajian tari berdasarkan latar belakang serta pengidentifikasian dalam
menerapkan unsur utama tari, level, perubahan arah, sebagai bentuk ekspresi
tari kelompok yang dapat menumbuhkan rasa cinta pada seni tari. Peserta didik
mampu mengenal tari sebagai wujud ekspresi diri.
Fase B Berdasarkan
Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Berpikir dan
bekerja artistik (Thinking and
working artistically) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menunjukkan hasil tari kelompok dengan bekerja secara kooperatif untuk
mengembangkan kemampuan bekerja sama dan saling menghargai demi tercapainya
tujuan bersama. |
Mengalami (Experiencing)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mengamati bentuk penyajian tari berdasarkan latar belakang serta
mengeksplorasi unsur utama tari sesuai level, perubahan arah hadap, dan
desain lantai. |
Menciptakan (Creating)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mengidentifikasi dan membuat gerak dengan unsur utama tari, level,
perubahan arah hadap. |
Merefleksikan (Reflecting)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menilai pencapaian dirinya saat melakukan aktivitas pembelajaran tari. |
Berdampak (Impacting) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menumbuhkan rasa cinta pada seni tari yang berpengaruh pada kemampuan
diri dalam menyelesaikan aktivitas pembelajaran tari. |
3. Fase
C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD)
Pada akhir fase,
peserta didik mampu menghargai hasil pencapaian karya tari melalui pengamatan
berbagai bentuk tari tradisi yang dapat dijadikan inspirasi untuk merespon
fenomena di lingkungan sekitar dengan mempertimbangkan pendapat orang lain
melalui pengembangan gerak tari dengan menggunakan unsur pendukung tari dan
menerapkan desain kelompok pada pertunjukkan. Peserta didik mampu mengenal
ragam tari tradisi.
Fase C Berdasarkan
Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Berpikir dan
bekerja artistik (Thinking and
working artistically) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menunjukkan hasil merangkai gerak tari menggunakan unsur pendukung tari
dengan bekerja kooperatif dan berperan aktif dalam kelompok. |
Mengalami (Experiencing)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mengamati berbagai bentuk tari tradisi yang dapat digunakan untuk
mengekspresikan diri melalui unsur pendukung tari. |
Menciptakan (Creating)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu merangkai gerak tari yang berpijak pada tradisi dengan menerapkan
desain kelompok. |
Merefleksikan (Reflecting)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menghargai hasil pencapaian karya tari dengan mempertimbangkan pendapat
orang lain. |
Berdampak (Impacting) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu merespon fenomena di lingkungan sekitar melalui tari yang
dikomunikasikan kepada penonton atau masyarakat sekitar. |
4. Fase
D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP)
Pada akhir fase,
peserta didik mampu mengukur hasil pencapaian karya tari dalam menggali latar
belakang tari tradisi berdasarkan jenis, fungsi, dan nilai sebagai inspirasi
dalam membuat gerak tari kreasi dengan mempertimbangkan unsur utama dan unsur
pendukung tari sebagai wujud ekspresi untuk mengajak orang lain atau penonton
bangga terhadap warisan budaya indonesia. Peserta didik mampu mengembangkan
tari kreasi untuk membuat karya tari yang berpijak dari tari tradisi.
Fase D Berdasarkan
Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Berpikir dan
bekerja artistik (Thinking and
working |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mempertunjukkan hasil gerak tari kreasi berdasarkan nilai, jenis dan
fungsi dari tari tradisi dalam berbagai bentuk penyajian baik |
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
artistically) |
individu ataupun kelompok
menggunakan unsur utama dan pendukung tari. |
Mengalami (Experiencing)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menggali latar belakang nilai, jenis dan fungsi tari dalam konteks
budaya. |
Menciptakan (Creating)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu membuat gerak tari kreasi yang merefleksikan nilai, jenis dan fungsi dari
tari tradisi dengan mempertimbangkan unsur utama dan pendukung tari. |
Merefleksikan (Reflecting)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mengukur hasil pencapaian karya tari dengan mempraktekkan tari tradisi
berdasarkan nilai, jenis dan fungsi. |
Berdampak (Impacting) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mengajak orang lain untuk mencintai dan merasa bangga atas warisan
budaya Indonesia khususnya tari tradisi melalui proses kreatif yang
dilakukannya. |
5. Fase
E (Umumnya untuk kelas X SMA)
Pada akhir fase,
peserta didik mampu mengevaluasi hasil penciptaan karya tari dalam menggali
tari tradisi berdasarkan makna dan simbol sebagai inspirasi saat membuat gerak
tari kreasi secara individu ataupun kelompok sebagai wujud aktualisasi diri.
Peserta didik mengekspresikan diri dengan menciptakan karya tari yang berpijak
dari tradisi.
Fase E Berdasarkan
Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Berpikir dan
bekerja artistik (Thinking and
working artistically) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menunjukkan hasil karya tari kreasi secara individu maupun berkelompok.
|
Mengalami (Experiencing)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menggali makna dan simbol pada tari tradisi dan kreasi ke dalam bentuk
karya seni pertunjukkan. |
Menciptakan (Creating)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mencipta karya tari kreasi berdasarkan makna dan simbol dari tari
tradisi ke dalam bentuk karya seni pertunjukkan. |
Merefleksikan (Reflecting)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mengevaluasi hasil penciptaan karya tari dengan mengapresiasi makna dan
simbol tari tradisi dan kreasi saat menciptakan ide-ide baru ke dalam
karyanya. |
Berdampak (Impacting)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mengaktualisasikan diri melalui pertunjukan tari. |
6. Fase
F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA)
Pada akhir fase,
peserta didik mampu mengevaluasi hasil penciptaan karya tari dengan
membandingkan berbagai macam pertunjukkan tari tradisi dan kreasi berdasarkan
makna, simbol, nilai estetis dari perspektif berbagai aspek seni yang dapat
dijadikan inspirasi untuk menciptakan karya tari secara individu ataupun
kelompok sebagai bentuk aktualisasi diri dalam mempengaruhi orang lain. Peserta
didik mampu mencipta karya seni dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen
produksi.
Fase F Berdasarkan
Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Berpikir dan
bekerja artistik (Thinking and
working artistically) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menunjukan hasil penciptaan tari kreasi secara individu ataupun
kelompok dengan manajemen pertunjukan. |
Mengalami (Experiencing)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu membandingkan berbagai macam pertunjukkan tari tradisi dan kreasi
berdasarkan makna, simbol, nilai estetis dari perspektif berbagai aspek seni
sesuai dengan pengalaman dan wawasan. |
Menciptakan (Creating)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu menciptakan tari kreasi yang terinspirasi dari hasil membandingkan
berbagai pertunjukkan tari tradisi dan kreasi berdasarkan makna, simbol, dan
nilai estetis dari perspektif berbagai aspek seni. |
Merefleksikan (Reflecting)
|
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mengevaluasi hasil penciptaan karya tari dengan mengapresiasi nilai
estetis tari tradisi berdasarkan makna dan simbol. |
Berdampak (Impacting) |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu mengaktualisasikan diri dalam mempengaruhi orang lain untuk
mengapresiasi pertunjukan tarinya. |
XVIII.4.
CAPAIAN PEMBELAJARAN SENI TEATER
A. Rasional Mata Pelajaran Seni Teater
Seni Teater merupakan ekspresi
manusia terhadap berbagai fenomena melalui media yang lebih kompleks, dengan
menggabungkan semua bidang seni, baik bidang seni tari, musik, akting, seni rupa, dan multimedia.
Manusia memiliki sifat homo ludens (manusia bermain), sehingga sejak usia
dini teater dapat diajarkan sebagai bentuk pengenalan, pemahaman, pengolahan,
peniruan (mimesis) dan pengekspresian emosi melalui tubuhnya. Dengan bermain
peran, seni teater dapat membantu peserta didik sejak dini untuk mengasah daya
pikir (imajinasi dan bernalar kritis), mengenali dan mengembangkan potensi diri
(mandiri) serta meningkatkan kepercayaan diri.
Seni teater dapat menjawab
potensi manusia sebagai homo Socius
(makhluk sosial). Bagaimana teater dapat mengajarkan cara berkomunikasi baik
secara verbal maupun nonverbal agar peserta didik dapat berinteraksi dan
menyampaikan pesan dengan lebih baik dan menarik lagi dengan lingkungan
sekitar. Hal ini dapat dipraktekkan dalam bentuk eksperimen pertunjukan di
kelas, di mana peserta didik dapat bekerja sama dalam permainan peran, menulis
naskah, atau latihan repetisi dalam gladi bersih. Kerja teater adalah kerja
ansambel sehingga semua bidang adalah penting dan setiap orang memiliki peran
untuk bersama mencapai tujuan bersama (gotong royong).
Manusia sebagai makhluk yang
mampu berinovasi (homo creator) dapat
diarahkan untuk dapat melihat persoalan- persoalan di sekitarnya, mencari lebih
jauh permasalahan, dan menggunakan media seni teater untuk berkreasi dan
berinovasi untuk mengulik, menyampaikan atau mencari alternatif jawaban
terhadap persoalan tersebut (berpikir kritis, kreatif dan asas berkebhinekaan
global). Untuk mengasah potensi homo
creator, peserta didik dapat berperan serta dalam proses membuat dan
mempersiapkan pertunjukan menurut kemampuan masing-masing. Seni teater dapat
mengajarkan empati dan tanggung jawab kepada sesama, dan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menggali dan mengeksplorasi potensi individu,
kerjasama, dan unity menuju kreativitas estetis, berdasarkan norma yang berlaku
(beriman dan bertaqwa pada Tuhan yang Maha Esa).
Oleh karena itu, mata pelajaran seni teater dapat membentuk
profil Pelajar Pancasila dengan sikap beriman dan bertaqwa pada Tuhan
Yang Maha Esa, kritis (mengasah daya pikir, memahami
persoalan di sekitarnya), mandiri (mengenali dan mengembangkan potensi diri),
gotong royong (memahami kerja ansambel sehingga semua peserta didik memiliki
peran untuk mencapai tujuan bersama), kreatif (mencari solusi terhadap berbagai
persoalan yang dihadapi di lingkungan sekitarnya), dan memiliki sikap hormat
dan toleransi pada kebhinekaan sebagai bagian dari masyarakat global.
B.
Tujuan Mata Pelajaran Seni Teater
1.
Peserta didik mampu mengasah kepekaannya
terhadap persoalan diri dan mampu mencari solusi, baik untuk diri sendiri,
sesama, maupun dunia sekitarnya; serta mampu mengekspresikan diri secara
kreatif dan inovatif melalui tubuh, ruang, waktu.
2.
Peserta didik menguasai teknik, eksplorasi alat,
bahan, teknologi, dan mampu memanfaatkannya sesuai dengan prosedur dan teknik,
untuk dapat menjawab kesempatan dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Peserta didik membutuhkan imajinasi untuk
tumbuh, berkreasi, berpikir, dan bermain. Teater adalah satu-satunya media
paling sesuai untuk menjelajahi kemungkinan tak terbatas dari proses imajinasi
mereka dan apa yang dapat mereka lakukan.
4. Peserta
didik mampu mengembangkan diri dan mengomunikasikan gagasan, serta karya dengan
lebih baik. Seni Teater dapat berdampak secara langsung maupun tidak langsung
kepada perubahan cara pandang dan pembentukan kepribadian dan karakter peserta
didik.
C.
Karakteristik Mata Pelajaran Seni Teater
●
Memberikan ruang kreativitas bagi peserta didik
untuk dapat mengenal, memahami, mengelola dan mengekspresikan emosi melalui
tubuh, suara, dan pikiran dengan berbagai media seni dan budaya;
●
Memiliki kemampuan untuk menghargai keindahan,
kemanusiaan, empati, dan toleransi melalui proses penciptaan karya seni teater;
●
Menghargai, melestarikan dan mempererat
ekosistem kesenian di Indonesia; menghargai keunikan dan kemajemukan ide,
nilai, dan budaya melalui eksplorasi seni tari, pantomim, musik, akting, seni
rupa, dan multimedia;
●
Seni teater terkait erat dengan disiplin ilmu
lainnya dan berbagai macam aspek-aspek kehidupan manusia (humaniora), seperti
agama, psikologi, sosial, budaya, sejarah, komunikasi, politik dan antropologi;
memberikan kontribusi penting dalam mengomunikasikan legenda, sejarah, budaya
dan sosio-ekonomi bangsa;
●
Melalui teater, peserta didik dibawa ke dalam
cerita tentang karakter dari berbagai latar belakang yang bisa dibayangkan.
Pertunjukan langsung mengajari peserta didik bagaimana menghargai semua
karakterisasi tokoh dan bagaimana menghormati sudut pandang orang lain. Seni
Teater mengajarkan manusia untuk bersikap kritis dan mampu memberi solusi untuk
menyelesaikan masalah, sehingga melalui seni Teater, peserta didik mampu
memahami berbagai persoalan yang terjadi dalam diri dan lingkungannya.
Pada praktik pengajarannya, Seni Teater menggunakan sejumlah
elemen pendekatan berikut:
Elemen |
Deskripsi |
Berpikir dan Bekerja Artistik
(Thinking Artistically)
|
Seni Teater memberikan kesempatan
kepada siswa untuk; mengelaborasi elemen tata artistik panggung dan keaktoran
dan proses penyatuan (unity) semua
elemen tersebut ke dalam wujud karya atau produk yang dipresentasikan dalam
sebuah pertunjukan. Melalui proses berpikir dan bekerja secara artistik,
peserta didik akan menghasilkan, mengembangkan, menciptakan dan
mengkomunikasikan ide-ide kreatifnya untuk menggunakan alat, media dan
teknologi. Berpikir dan bekerja secara artistik menghubungkan hasil proses
mengalami, mencipta dan merefleksi. |
Elemen |
Deskripsi |
Mengalami (Experiencing) |
Melalui pendidikan Seni
Teater, peserta didik dapat memahami, mengalami, merasakan, merespon dan
bereksperimen dengan ragam pengetahuan, gaya dan konsep Seni Teater. Kegiatan
mengalami terjadi ketika peserta didik melakukan olah rasa, tubuh, suara,
eksplorasi alat, media, atau mengumpulkan informasi melalui observasi dan
interaksi dengan seniman untuk memperkaya wawasan dan pengalaman dalam
berteater. Lebih lanjut melalui proses mengalami, memungkinkan peserta didik
untuk melangkah ke posisi orang lain dan melihat bentuk lain dari sudut
pandang mereka. Ini mengajarkan tentang empati dan relativitas budaya. |
Menciptakan (Making/Creating) |
Menciptakan memberikan kesempatan
peserta didik untuk dapat menampilkan gambaran dasar karya, yang merupakan
penyatuan dari unsur artistik, alat, media, dan teknologi. Melalui pendidikan
Seni Teater, peserta didik dapat belajar berkreasi dan mengekspresikan
dirinya untuk menggali karakter/tokoh, membuat rangkaian cerita dengan tata
artistik panggung, alat, media atau teknologi dalam wujud sebuah produk yang
akan dipresentasikan dan dipentaskan. Proses ini dapat mempertajam daya
imajinasi dalam penciptaan ragam karya teater, kepekaan terhadap berbagai
situasi dan kondisi untuk mencari solusi dalam berkreasi, serta dapat
mengembangkan keahlian berimprovisasi sesuai tujuan dan tugas peran yang
diberikan. |
Merefleksikan (Reflecting) |
Seni teater mampu menggali
pengalaman dan ingatan emosi melalui hasil pengamatan, membaca, apresiasi,
dan kontak sosial individu dan kelompok. Pengalaman dan ingatan emosi selama
atau sesudah proses berseni Teater merupakan pantulan kesadaran yang timbul untuk
melakukan evaluasi dan perbaikan atas karya atau produk yang telah dihasilkan
melalui proses berpikir dan bekerja secara artistik. Elemen merefleksikan
dalam seni teater mencakup proses apresiasi, kritik dan saran atas karya diri
sendiri atau orang lain. Terdapat proses berpikir kritis dan kreatif secara
simultan. |
Berdampak (Impacting) |
Seni Teater akan menimbulkan
perubahan positif dan berjangka panjang kepada peserta didik. Perubahan ini
mencakup cara berpikir, kemampuan dan sikap peserta didik, seperti lebih
mandiri, percaya diri, berpikir kritis dan kreatif sehingga pada akhirnya bertujuan
untuk menghargai perbedaan, sesuai dengan nilai-nilai Profil Pelajar
Pancasila. Dampak ini akan jelas tercermin dalam proses mengalami,
menciptakan, mengevaluasi dan presentasi hasil akhir karya peserta didik. |
D.
Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Teater
setiap Fase
1.
Fase A (Umumnya Kelas I dan II SD)
Pada akhir fase A, peserta didik memahami elemen-elemen
dasar acting melalui proses bermain seperti gerakan-gerakan sederhana, respon
terhadap sumber bunyi dan suara, serta cerita atau kejadian sehari-hari dengan
cara penyampaian melalui proses peniruan (mimesis). Melalui pengalaman ini,
peserta didik mulai memperkaya diri dengan wawasan tentang mengenal diri
sendiri, orang lain dan lingkungan melalui eksplorasi mimik, suara dan gerak
tubuh. Pada akhir fase ini, peserta didik mulai mengenali secara sadar dan
kemudian mengekspresikan ragam emosi, belajar berdisiplin dalam mengikuti
instruksi permainan teater.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Berpikir dan Bekerja Secara Artistik |
Bermain dengan tata artistik
panggung dilakukan untuk mengenal bentuk dan fungsi tata artistik panggung
dan memahami tata kerja ansambel dengan mengenalkan dan melatih cara
bekerjasama dengan orang lain. |
Mengalami (Experiencing) |
Proses
mengalami dilakukan dengan observasi dan konsentrasi dengan cara melihat dan
mencatat kebiasaan diri sendiri; secara aplikasi dilakukan dengan olah tubuh
dan vokal untuk mengenal fungsi gerak tubuh, melatih ekspresi wajah dan
melakukan pernafasan. |
Menciptakan (Making/Creating)
|
Menciptakan
dilakukan melalui Imajinasi dengan cara memainkan dan menirukan tokoh;
peserta didik pun dilatih untuk merancang pertunjukan dengan cara terlibat
dalam sebuah pertunjukkan dengan bimbingan. |
Merefleksikan (Reflecting) |
Refleksi dilakukan dengan metode
menguatkan ingatan emosi melalui menggali suasana hati dari peristiwa yang
dialami pemain dengan menyesuaikan peristiwa tokoh. Proses lain dilakukan
dengan jalan apresiasi karya seni dalam menggali kelebihan dan kekurangan karya
sendiri. |
Berdampak (Impacting) |
Proses belajar dan produk akhir
mencerminkan profil Pelajar Pancasila melalui menggali potensi diri (mandiri)
dan kreatif. |
2.
Fase B (Umumnya Kelas III dan IV SD)
Pada akhir fase B, peserta didik telah mampu memahami
berbagai teknik dasar akting (pemeranan) melalui proses meniru (mimesis),
memahami gerak tubuh, suara/vokal secara lebih mendalam sesuai tokoh/peran.
Selanjutnya, peserta didik mulai mengenal aneka peran yang berbeda dalam
memproduksi pertunjukan, menyumbang gagasan dan hasil latihan bersama orang
lain sebagai wujud dari kemampuan bekerjasama. Melalui pengalaman ini, peserta
didik diharapkan mampu berkolaborasi untuk mencapai pertunjukan dengan mengenal
peran dan fungsi masing- masing serta mampu mengendalikan emosi dalam
berkolaborasi.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Berpikir dan Bekerja Secara Artistik |
Bermain dengan tata artistik panggung dilakukan dalam proses
bertahap secara mandiri, termasuk di dalamnya dapat menggunakan properti
sesuai dengan fungsi tokoh yang diembannya. Proses kerja ansambel dilakukan
dengan melatih inisiatif dalam merancang permainan atau cerita bersama (kooperatif). |
Mengalami (Experiencing) |
Proses observasi dan konsentrasi
dengan cara melihat dan mencatat kebiasaan diri sendiri dan orang lain, serta
melakukan latihan olah tubuh dan vokal sehingga peserta didik mampu mengenal
fungsi gerak tubuh, ekspresi wajah dan suara. Tingkat selanjutnya adalah
memahami irama dalam membaca dialog pada sebuah cerita sesuai karakter. |
Menciptakan (Making/Creating)
|
Cara
menciptakan Imajinasi adalah proses memainkan dan menirukan tokoh, dan
menceritakan ulang kejadian/cerita yang diamati, selain itu dalam menciptakan
dilakukan dalam merancang pertunjukan dengan secara langsung terlibat dalam
sebuah pertunjukan dengan bimbingan. |
Merefleksikan (Reflecting) |
Refleksi dilakukan
dalam penggalian Ingatan emosi sesuai suasana hati tokoh yang diperankan
dengan mengambil peristiwa serupa pada ingatan masa lalu pemeran. Selain itu
proses dilakukan melalui apresiasi karya seni dengan menggali kelebihan dan
kekurangan hasil karya sendiri. |
Berdampak (Impacting) |
Proses belajar dan
produk akhir mencerminkan profil Pelajar Pancasila secara kooperatif (gotong
royong), mandiri dan kreatif. |
3.
Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD)
Pada akhir fase C, peserta didik memahami ragam teknik
berteater sederhana; seperti akting (pemeranan) dan dinamika kelompok seperti
improvisasi, atau elaborasi penokohan melalui aksi dan reaksi. Selanjutnya,
peserta didik memahami adanya aturan dalam bermain teater dan kerja ansambel,
gambaran susunan pertunjukan seperti alur cerita, latar dan tokoh dalam proses
produksi pertunjukan sederhana. Pada fase ini, peserta didik dapat mulai
diperkenalkan dengan tema cerita tradisi untuk memperkaya wawasan kebudayaan.
Melalui pengalaman ini, peserta didik diharapkan mampu berkolaborasi dalam
mencapai pertunjukan, belajar bertanggung jawab atas peran masing- masing,
mampu memberi respon dan antisipasi untuk menguasai panggung, baik secara
individual maupun kelompok.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Berpikir dan Bekerja Secara Artistik |
Proses berpikir dan
bermain dengan tata artistik panggung dilakukan dengan mengatur ulang tata
artistik panggung dan memainkannya sesuai alur pertunjukan, sedangkan kerja
ansambel dilakukan dengan cara latihan bertanggung jawab atas peran masing
masing dalam pertunjukan. |
Mengalami (Experiencing) |
Olah tubuh dan vokal
sebagai latihan dasar pemeranan harus dilakukan sebagai cara penguasaan
respon melalui gerak tubuh dalam berinteraksi (aksi dan reaksi), Penguasaan
membaca naskah dengan artikulasi vokal yang jelas, sesuai karakter dan
situasi. Pencarian tokoh dilakukan dengan cara observasi dan konsentrasi
melalui pengamatan dan mencatat kebiasaan orang lain di sekitar kita yang
sesuai dengan tokoh yang diemban untuk membentuk karakter, mencatat dan
merekam hingga proses gladi resik. |
Menciptakan (Making/Creating)
|
Menciptakan tokoh dilakukan dengan
cara Imajinasi untuk memainkan dan menirukan tokoh, menyusun kembali cerita
dan alur pertunjukan, menciptakan naskah orisinil sederhana (alur permulaan,
klimaks dan akhir) dengan bimbingan. Secara umum dalam merancang pertunjukan
dilakukan dengan membuat desain pertunjukan dan menampilkan sebuah
pertunjukan secara sederhana dengan sedikit bimbingan, dan terlibat atau
tampil secara mandiri dalam pertunjukan. |
Merefleksikan (Reflecting) |
Penggalian Ingatan
emosi dengan mengingat peristiwa di masa lampau dari pribadi pemeran yang
disesuaikan dengan kejadian dari tokoh sesuai subteks dalam naskah.
Berikutnya adalah mencoba melakukan evaluasi dalam bentuk apresiasi karya
seni dengan menggali kelebihan dan kekurangan karya sendiri serta |
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
|
orang lain serta mulai
memberi saran perbaikan. |
Berdampak (Impacting)
|
Proses belajar dan produk akhir
mencerminkan Profil Pelajar Pancasila dengan improvisasi, atau elaborasi
penokohan melalui aksi dan reaksi (kreatif) dan memperkaya wawasan kebudayaan
(berkebhinekaan global), memahami adanya aturan dalam bermain teater dan kerja
ansambel serta mampu berkolaborasi dalam mencapai pertunjukan (gotong
royong). |
4.
Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX
SMP)
Pada akhir fase D, peserta didik dapat memahami penggunaan
sederhana seluruh elemen pertunjukan teater secara utuh (unity) termasuk didalamnya teknik keaktoran, penyutradaraan dan
memahami fungsi elemen artistik seperti kostum, properti, musik, dan tata
panggung untuk menyampaikan cerita, terutama yang berhubungan dengan tema- tema
yang bersifat remaja atau faktual. Pada akhir fase ini, selanjutnya peserta
didik telah diperkenalkan dengan ragam bentuk teknik dan genre teater seperti
teater realis, teater komedi, atau teknik dramatic reading. Melalui
pengalaman ini, peserta didik diharapkan mampu menyusun skema pertunjukan
sederhana secara mandiri dan kemudian menuangkan ide dan gagasan ke dalam
bentuk naskah dan desain sederhana pertunjukan. Peserta didik mampu
mengaplikasikan proses peniruan tokoh atau karakter (mimesis) berdasar pada
analisis karakter tokoh (fisik, psikologis dan sosiologis) agar mampu menafsir
dan menjiwai peran tokoh secara akurat dan meyakinkan.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Berpikir dan Bekerja Secara Artistik |
Proses dilakukan oleh peserta didik
berpikir dan bermain dengan tata artistik panggung, mulai dari
mengeksplorasi, merancang, dan memfungsikan tata artistik panggung. Konsep
ini dilakukan dengan kerja ansambel untuk melatih peserta didik bertanggung
jawab atas peran masing masing dalam pertunjukan. |
Mengalami (Experiencing) |
Latihan olah tubuh dan vokal
merupakan dasar keaktoran yang dilakukan untuk penguasaan gerak tubuh agar
mampu memainkan karakter apa saja, kemudian penguasaan membaca dialog atau
naskah |
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
|
dengan penekanan kuat pada ekspresi
wajah, artikulasi dan intonasi. Proses mengalami dilakukan ketika observasi
dan mulai fokus dalam konsentrasi dengan mencatat dan merekam tokoh dan
perwatakannya berdasar analisis fisik, fisiologis dan sosiologis, mencatat
dan merekam hasil investigasi dan riset teknik/genre teater, serta mencatat
dan merekam proses gladi resik, |
Menciptakan (Making/Creating)
|
Imajinasi adalah proses
menciptakan biografi tokoh hasil analisis peran, sekaligus menyusun kembali
cerita dan alur pertunjukan, dan menciptakan naskah orisinil (alur permulaan,
klimaks dan akhir, tensi, emosi). Proses berikutnya adalah merancang pertunjukan
yaitu dengan membuat konsep dan menampilkan sebuah pertunjukan sederhana
dengan panduan. Secara empirik peserta didik terlibat atau tampil secara
mandiri dalam pertunjukan. |
Merefleksikan (Reflecting) |
Refleksi dalam tahap berikutnya
adalah bagaimana peserta didik mampu menggali ingatan emosi dan latar
belakang tokoh yang diembannya sekaligus memberikan pembelajaran agar
persoalan-persoalan yang ada dalam lakon menginspirasi dalam kehidupan.
Bentuk apresiasi karya seni dilakukan untuk menggali kelebihan dan kekurangan
karya sendiri dan orang lain, proses ini pun dapat memberi saran perbaikan
menggunakan terminologi teater sederhana. |
Berdampak (Impacting)
|
Proses belajar dan produk akhir
mencerminkan Profil Pelajar Pancasila dengan menyusun skema pertunjukan
sederhana secara unity (mandiri) dan kemudian menuangkan ide dan gagasan ke
dalam bentuk naskah dan desain sederhana pertunjukan, juga mengenal teknik dan
genre teater (kreatif), memahami cerita sesuai dengan fakta di lingkungannya
(kritis), dan mampu menjawab persoalan faktual dalam aturan negara dan agama
(beriman dan taqwa pada Tuhan Yang Maha Esa. |
5.
Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA)
Pada akhir fase E, peserta didik mampu bertindak sebagai
penjelajah, dengan melakukan observasi, pengumpulan data serta peristiwa
sebagai dasar untuk membuat lakon yang berlatar pada persoalan kehidupan di
sekitarnya. Peserta didik juga mampu memahami ragam teater bergenre propaganda
seperti perpaduan teater realis dan non-realis dalam bentuk teater gerak,
teater politik, musikalisasi puisi, atau bereksperimen dengan proses penulisan
struktur cerita dramatis yang lebih bervariasi melalui kegiatan improvisasi.
Selanjutnya peserta didik memahami bagaimana tubuh, pikiran, suara, dan tata
artistik serta teknologi berpadu dalam proses kreatif untuk membentuk
pertunjukan berdasar riset dan cara kerja kolaborasi. Melalui pengalaman ini,
peserta didik diharapkan mampu mengenali situasi lapangan yang dihadapi,
menghadirkan solusi, serta berempati terhadap sesama dan lingkungannya.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Berpikir dan Bekerja Secara Artistik |
Proses dilakukan oleh
peserta didik berpikir dan bermain dengan tata artistik panggung, mulai dari
mengeksplorasi, merancang, dan memproduksi, dan memainkan tata artistik
panggung. Konsep ini dilakukan dengan kerja ansambel untuk melatih peserta
didik bertanggung jawab atas peran masing masing dalam pertunjukan baik
secara artistik maupun non-artistik, mengusung dan mensukseskan pertunjukan
bersama. |
Mengalami (Experiencing) |
Latihan olah tubuh dan vokal
merupakan dasar keaktoran yang dilakukan untuk penguasaan gerak tubuh agar
mampu memainkan karakter apa saja, kemudian penguasaan membaca dialog atau
naskah dengan penekanan kuat pada ekspresi wajah, artikulasi dan intonasi. Eksplorasi
bahasa tubuh, wajah, dan suara untuk menunjukan kepekaan terhadap persoalan
sosial, dan eksplorasi komunikasi non-verbal. Proses mengalami dilakukan
ketika observasi dan mulai fokus pada konsentrasi dengan mencatat dan
merekam: tokoh dan perwatakannya berdasar analisis fisik, fisiologis dan
sosiologis, hasil investigasi dan riset teknik/ genre teater, serta mencatat
dan merekam proses gladi resik. |
Menciptakan (Making/Creating)
|
Imajinasi adalah proses
menciptakan biografi tokoh hasil analisis peran, sekaligus menyusun kembali
cerita dan alur pertunjukan, dan menciptakan naskah orisinil (alur permulaan,
klimaks dan akhir, tensi, emosi). Proses merancang pertunjukan dimulai dengan
membuat konsep dan menampilkan sebuah pertunjukan sederhana sesuai dengan
panduan. Secara empirik peserta didik terlibat atau tampil secara mandiri
dalam pertunjukan. |
Merefleksikan (Reflecting) |
Refleksi dalam tahap
berikutnya adalah bagaimana peserta didik mampu menggali ingatan emosi dan
latar belakang tokoh yang diembannya sekaligus memberikan pembelajaran agar
persoalan-persoalan yang ada dalam lakon menginspirasi dalam kehidupan. |
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
|
Bentuk apresiasi karya seni
dilakukan untuk menggali kelebihan dan kekurangan karya sendiri dan orang
lain, proses ini pun dapat memberi saran perbaikan menggunakan terminologi
teater sederhana serta memberikan argumentasi dengan pembuktian, serta mulai mengkritisi
produksi seniman profesional sesuai dengan terminologi teater. |
Berdampak (Impacting) |
Proses belajar dan produk akhir
mencerminkan Profil Pelajar Pancasila dengan observasi, pengumpulan data
serta peristiwa sebagai dasar untuk membuat lakon (kritis, kreatif),
menghadirkan solusi, serta berempati terhadap sesama dan lingkungan (mandiri
dan berkebhinekaan global). |
6.
Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA)
Pada akhir fase F, peserta didik mampu merancang atau
memproduksi teater orisinl dengan sentuhan baru dengan tema remaja/ isu
kekinian atau, menganalisis dan mengevaluasi karya sendiri dan karya
profesional yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas estetik
digunakan dalam menyampaikan maksud, ide-ide ekspresif, serta makna. Melalui
proses kreatif, pada akhir fase, peserta didik mampu merancang atau memproduksi
pertunjukan teater dengan variasi genre teater, tata artistik dan teknologi
yang telah dipelajari. Melalui pengalaman ini, pada akhir fase F, peserta didik
diharapkan tidak hanya peka terhadap kondisi lingkungan yang dihadapi, tetapi
juga mampu berpikir kritis dalam melihat dan menyampaikan sebuah karya, serta
berpikir kreatif dalam memanfaatkan media, teknologi serta sumber daya yang
tersedia di sekitarnya untuk menyampaikan pesan melalui Seni Teater.
Fase F
Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Berpikir dan Bekerja Secara Artistik |
Proses dilakukan oleh peserta didik
berpikir dan bermain dengan tata artistik panggung, mulai dari
mengeksplorasi, merancang, memproduksi, dan memainkan dan mengkritisi konsep
tata artistik panggung. Konsep ini dilakukan dengan kerja ansambel untuk
melatih peserta didik bertanggung jawab atas peran masing masing dalam
pertunjukan baik secara artistik maupun non-artistik, serta mengusung dan
mensukseskan pertunjukan bersama. |
Mengalami (Experiencing) |
Latihan olah tubuh dan vokal
merupakan dasar keaktoran yang dilakukan untuk penguasaan |
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
|
gerak tubuh agar mampu memainkan karakter apa saja,
termasuk penguasaan membaca dialog atau naskah dengan penekanan kuat pada
ekspresi wajah, artikulasi dan intonasi. Eksplorasi bahasa tubuh, wajah, dan
suara dilakukan untuk menunjukkan kepekaan terhadap persoalan sosial, dan
eksplorasi komunikasi non-verbal. Proses mengalami
dilakukan ketika observasi dan fokus pada konsentrasi dengan mencatat dan
merekam tokoh dan perwatakannya berdasar analisis fisik, fisiologis dan
sosiologis, mencatat dan merekam hasil investigasi dan riset teknik/ genre
teater, mencatat dan merekam ragam ide penokohan, peristiwa dan bentuk lakon
modern dengan melakukan analisis pertunjukan karya teman sebaya atau
profesional, termasuk di dalamnya mencatat dan merekam proses gladi resik. |
Menciptakan (Making/Creating)
|
Imajinasi adalah proses menciptakan
penokohan baru (biografi tokoh hasil analisis peran), sekaligus menyusun
kembali cerita dan alur pertunjukan, dan menciptakan naskah orisinil (alur
permulaan, klimaks dan akhir, tensi, emosi) dengan mengkombinasikan ragam
gaya/genre teater menjadi alur cerita berkonsep atau berbentuk baru. Proses
berikutnya adalah merancang pertunjukan yaitu dengan membuat konsep dan
menampilkan sebuah pertunjukan sederhana dengan panduan. Secara empirik
peserta didik terlibat atau tampil secara mandiri dalam merancang, dan
mempresentasikan proposal pertunjukan orisinil atau adaptasi, sepenuhnya
terlibat dalam manajemen produksi pertunjukan. |
Merefleksikan (Reflecting) |
Refleksi dalam tahap berikutnya
adalah bagaimana peserta didik mampu menggali ingatan emosi dan latar
belakang tokoh yang diembannya sekaligus memberikan pembelajaran agar
persoalan-persoalan yang ada dalam lakon menginspirasi dalam kehidupan.
Bentuk apresiasi karya seni dilakukan untuk menggali kelebihan dan kekurangan
karya sendiri dan orang lain, proses ini pun dapat memberi saran perbaikan
menggunakan terminologi teater sederhana serta memberikan argumentasi dengan
pembuktian, serta mulai mengkritisi produksi seniman profesional dengan
menggunakan terminologi teater. |
Berdampak (Impacting) |
Proses belajar dan
produk akhir mencerminkan Profil Pelajar Pancasila dengan merancang atau
memproduksi pertunjukan teater (kreatif), manajemen produksi pertunjukan
(gotong royong), menganalisis dan mengevaluasi karya sendiri dan karya
profesional (kritis, mandiri). |
XVIII.5. CAPAIAN
PEMBELAJARAN PRAKARYA-BUDI DAYA
A. Rasional Mata Pelajaran Prakarya-Budi Daya
Kehidupan manusia dalam
bermasyarakat, sejak dahulu telah mengembangkan olah pikir dan olah rasa, untuk
membantu menjalani kehidupan, memecahkan masalah, maupun menghasilkan produk
budi daya yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup. Karya manusia sebagai
produk budaya, terlihat dalam tiga ranah: fisik (material), sistem
(langkah-langkah, metoda dan strategi memproduksi) dan ide (gagasan dan latar
belakang memproduksi).
Menyikapi perkembangan
dan perubahan teknologi, budaya dan gaya hidup yang terjadi dengan cepat di
dunia saat ini, maka dunia pendidikan di Indonesia mengantisipasi melalui
penguatan keterampilan dan jiwa kewirausahaan peserta didik. Salah satu mata
pelajaran yang mengembangkan keterampilan dan jiwa kewirausahaan adalah
Prakarya, yang terdiri dari empat sub bidang keterampilan yaitu kerajinan,
rekayasa, budi daya dan pengolahan. Prakarya-Budi daya mengembangkan
keterampilan peserta didik melalui kepekaan terhadap lingkungan, ide dan
kreativitas untuk bertahan hidup mandiri dan ekonomis.
Seiring berkembangnya
zaman, mental generasi muda perlu dibangun agar mampu mengatasi berbagai
persoalan termasuk masalah lapangan pekerjaan. Indonesia memiliki potensi besar
bagi pasar dunia industri, maka generasi muda perlu memiliki jiwa yang tangguh
untuk berwirausaha, memahami strategi wirausaha, dan keberanian untuk terjun ke
dalam dunia usaha. Kemampuan keterampilan kreatif Prakarya-Budi daya
berpeluang mewujudkan jiwa kewirausahaan dimulai sejak pendidikan dasar hingga
pendidikan menengah melatih kemampuan kepemimpinan (leadership), berinisiatif tinggi dan merespon kebutuhan sekitar,
kerjasama (team work), serta berani
mengambil resiko (risk-taking).
Mata pelajaran
Prakarya-Budi daya mengacu pada konsep hasta karya Ki Hajar Dewantara yaitu
mengembangkan cipta, rasa, dan karsa dengan menghasilkan produk yang berdampak
pada diri serta lingkungan menuju keseimbangan antara nature dan culture. Prakarya Budi daya mengembangkan kemampuan dan
keterampilan peserta didik dengan mengintegrasikan, mengkorelasikan, dan
mengkolaborasikan berbagai pengetahuan dan disiplin ilmu berbasis
STEAM (Sains/Science,
Teknologi/technology, Teknik/Engineering, Seni/Art dan Matematika/ Mathematic)
untuk menciptakan inovasi produk yang efektif dan efisien melalui
pembelajaran kolaborasi dengan dunia kerja dan dunia pendidikan lanjut. Mata
pelajaran Prakarya pada jenjang Sekolah Dasar (Fase A-C) diintegrasikan dengan
tema atau mata pelajaran lainnya seperti Seni, Bahasa, Ilmu Pengetahuan Alam
dan Sosial, atau mata pelajaran lain yang relevan.
Kurikulum Prakarya Budi
daya berorientasi mengembangkan kompetensi merencanakan dan menghasilkan produk
budi daya yang aman berdampak individu maupun sosial. Proses perencanaan produk
budi daya memperhatikan ekosistem. Kompetensi ini membutuhkan penguasaan ilmu
pengetahuan alam (biologi, kimia, dan fisika), dan teknologi serta pendidikan
kewirausahaan dan kecerdasan naturalis. Kompetensi pembelajaran terdiri dari
kemampuan mengeksplorasi dan mengembangkan bahan, alat, teknik, dan sistem budi
daya. Pengalaman pembelajaran diperoleh dari sekolah, keluarga dan masyarakat.
Di samping itu, peserta didik dilatih kemampuan berpikir kreatif-inovatif,
logis, sistematis dan global (komprehensif).
Pengembangan materi pembelajaran bersifat kontekstual, yaitu menggali potensi
kearifan lokal melalui apresiasi, observasi, dan eksplorasi untuk membuat
perencanaan produksi. Proses produksi budi daya melalui eksperimentasi, dan
modifikasi bahan, alat, teknik dan sistem produksi dengan memberi kesempatan
merefleksi dan mengevaluasi. Akhirnya, melalui penguasaan ilmu dan pengetahuan
alam, teknologi budi daya, budaya, ekonomi dengan semangat kewirausahaan diharapkan
dapat terwujud Profil Pelajar Pancasila.
B. Tujuan
Mata Pelajaran Prakarya-Budi Daya
Prakarya-Budi daya
memiliki tujuan sebagai berikut:
1. menghasilkan
produk budi daya yang aman melalui penguasaan eksplorasi bahan, alat, teknik
dan sistem dengan mengembangkan, pengetahuan alam, dan teknologi budi daya
berbasis kecerdasan naturalis;
2. mengapresiasi,
mengevaluasi dan merefleksi produk budi daya teman sendiri maupun masyarakat
berdasarkan pendekatan sistematis ilmiah; dan
3. menumbuhkembangkan
jiwa kewirausahaan melalui kepemimpinan, kerjasama dan berani mengambil risiko.
C. Karakteristik
Mata Pelajaran Prakarya - Budi Daya
Kurikulum Prakarya-Budi
daya menerapkan: (1) kurikulum progresif (progresive
curriculum) yaitu kurikulum yang mengikuti perkembangan Ilmu, Pengetahuan,
Teknologi, dan Seni (IPTEKS), sehingga materi, metode pembelajaran menyesuaikan
dengan perkembangan teknologi budi daya; (2) kurikulum terpadu (integrated curriculum) yaitu
mengkolaborasikan sesama aspek mata pelajaran Prakarya maupun mata pelajaran
lainnya; (3) kurikulum korelatif (corralated
curriculum) yaitu kurikulum yang memberikan kesempatan melaksanakan
pembelajaran berbasis project based
learning dengan sesama aspek Prakarya atau mata pelajaran lainnya untuk
menghasilkan satu produk yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (4)
kurikulum mandiri (single subject
curriculum) yaitu kurikulum yang dilaksanakan secara mandiri dapat
menghasilkan karya yang berguna bagi mata pelajaran yang lain baik secara transfer of training, transfer of knowledge
maupun transfer of value.
Pembelajaran Prakarya
Budi daya berorientasi mengembangkan kemampuan mengkonservasi dan memperbanyak
sumber daya hayati secara berkelanjutan (sustainable).
Peserta didik diberi kesempatan melakukan kegiatan eksplorasi, merencanakan
produksi, evaluasi dan refleksi dengan memanfaatkan teknologi dan sumber daya.
Melalui pembelajaran budi daya peserta didik dapat mengasah kecerdasan
naturalis untuk memelihara dan/atau mengembangkan tanaman ataupun hewan secara
berkelanjutan untuk mendapatkan hasil dan manfaat secara maksimal. Pembelajaran
Prakarya Budi daya diharapkan terwujudnya Profil Pelajar Pancasila dan
dihasilkannya peserta didik yang menguasai teknologi tepat guna melalui sikap
analitis, logis, kreatif, inovatif, konstruktif, dan prediktif serta tanggap
terhadap lingkungan dan perkembangan zaman.
Lingkup materi Prakarya
Budi daya mencakup pertanian (tanaman sayuran, tanaman pangan, tanaman hias,
tanaman obat), perikanan (ikan konsumsi dan ikan hias, baik tawar maupun laut)
dan peternakan (hewan peliharaan, unggas pedaging, unggas petelur, satwa
harapan) yang diselenggarakan secara mandiri, sinergi, dan gradasi dengan
menyesuaikan kondisi daerah/lingkungan masing-masing serta memperhatikan
kelestarian dan ekosistem. Pembelajaran secara mandiri artinya pembelajaran
yang dilaksanakan sesuai minat dan kemampuan peserta didik dengan supervisi
dari guru atau sekolah melalui pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) ataupun
pembelajaran penemuan (Discovery Learning).
Pembelajaran sinergi adalah model pembelajaran yang membuka kesempatan bagi
peserta didik dan sekolah untuk bekerjasama dengan dunia usaha/dunia kerja yang
ada di lingkungannya meliputi kegiatan kunjungan ataupun magang. Pembelajaran
dilaksanakan secara gradasi yaitu dimulai sejak pendidikan dasar dengan
orientasi pengembangan lifeskill dan homeskill serta berorientasi pada home industry untuk tingkat pendidikan
menengah.
Kurikulum Prakarya Budi
daya berisi empat elemen kompetensi yaitu observasi dan eksplorasi;
desain/perencanaan, produksi, serta refleksi dan evaluasi seperti berikut:
Elemen |
Deskripsi |
Observasi dan Eksplorasi |
Elemen observasi dan eksplorasi adalah pengamatan
dan penggalian (bahan, alat dan teknik) secara sistematis dan kontekstual
untuk memperoleh peluang menciptakan produk.
|
Desain/Perencanaan |
Elemen desain atau
perencanaan adalah penyusunan atau pengembangan rencana produk
(penciptaan, rekonstruksi, dan modifikasi) berdasarkan hasil observasi dan
eksplorasi. |
Produksi |
Elemen Produksi adalah keterampilan pembuatan atau
penciptaan produk setengah jadi dan/atau produk jadi yang kreatif dan atau
inovatif melalui eksperimen dan penelitian yang menumbuhkan jiwa
kewirausahaan. |
Refleksi dan Evaluasi |
Elemen refleksi dan evaluasi adalah kemampuan
pengamatan, apresiasi, identifikasi, analisis, penilain, dan pemberian saran
perbaikan/pengembangan produk/kelayakan produk. |
Elemen pada mata pelajaran Prakarya Budi daya saling berkaitan dapat digambarkan sebagai berikut:
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran
Prakarya-Budi Daya setiap Fase 1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD)
Pada akhir Fase A
(Kelas I dan II SD) peserta didik mampu mengamati dan menjelaskan karakteristik
produk budi daya untuk kebutuhan sehari-hari dan memberikan tanggapan.
Fase A Berdasarkan
Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta didik mampu mengamati dan menjelaskan
karakteristik produk budi daya (warna, bentuk, ukuran) untuk kebutuhan
sehari-hari dan menjelaskan secara lisan. |
Desain/Perencanaan |
Peserta didik merencanakan pemeliharaan dan/atau
perawatan objek budi daya dengan bimbingan berdasarkan hasil pengamatan. |
Produksi |
Peserta didik mampu merawat dan atau memelihara
objek budi daya yang aman untuk kebutuhan sehari-hari secara kerjasama dengan
bimbingan sesuai perencanaan. |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta didik mampu memberikan tanggapan terhadap
produk budi daya kebutuhan seharihari. |
2. Fase
B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD)
Pada akhir Fase B
(Kelas III dan IV SD) peserta didik mampu menghasilkan produk budi daya untuk
kebutuhan diri dan keluarga sesuai potensi lingkungan berdasarkan pengamatan
bahan, alat, dan langkah-langkahnya, serta memberikan tanggapan.
Fase B Berdasarkan
Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta
didik mampu mengamati produk budi daya di lingkungan sekitar dan menjelaskan
bahan, alat, dan prosedur budi daya. |
Desain/Perencanaan |
Peserta didik mampu menentukan dan
menyusun rencana kegiatan budi daya sesuai potensi lingkungan berdasarkan
hasil pengamatannya. |
Produksi |
Peserta didik mampu menghasilkan
produk budi daya yang aman untuk kebutuhan diri dan keluarga secara mandiri
dan/atau kerjasama sesuai potensi lingkungan dan perencanaannya. |
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta
didik mampu mengapresiasi
(menanggapi dan memberikan ulasan) produk
budi daya untuk kebutuhan diri dan keluarga. |
3. Fase
C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD)
Pada akhir Fase C
(Kelas V dan VI SD) peserta didik mampu menghasilkan produk budi daya sesuai
potensi lingkungan dengan memodifikasi bahan dan alat. Pada fase ini, peserta
didik mampu merefleksikan kelebihan dan kekurangan produk yang dihasilkan.
Fase C Berdasarkan
Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta didik mampu mengamati dan mendeskripsikan
produk budi daya berdasarkan modifikasi bahan dan alat yang sesuai potensi
lingkungan/kearifan lokal. |
Desain/Perencanaan |
Peserta didik menentukan dan menyusun rencana
kegiatan budi daya dengan memodifikasi bahan dan alat sesuai potensi
lingkungan/kearifan lokal berdasarkan pengamatannya. |
Produksi |
Peserta didik mampu menghasilkan produk budi daya
yang aman berdasarkan potensi lingkungan/kearifan lokal dengan modifikasi
bahan dan alat secara mandiri dan/atau kerjasama sesuai perencanaannya. |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta didik mampu merefleksikan produk budi daya
hasil modifikasi bahan dan alat sesuai potensi lingkungan/kearifan lokal
berdasarkan manfaat dan karakteristik produk. |
4. Fase
D (Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX SMP)
Pada akhir Fase D
(Kelas VII, VIII dan IX SMP) peserta didik mampu menghasilkan produk budi daya
berdasarkan modifikasi bahan, alat, dan teknik sesuai potensi
lingkungan/kearifan lokal untuk mengembangkan jiwa wirausaha. Pada fase ini,
peserta didik mampu memberikan penilaian produk budi daya berdasarkan
fungsi/nilai budaya/nilai ekonomis secara lisan dan tertulis.
Fase D Berdasarkan
Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta
didik mampu mengamati secara sistematis modifikasi bahan, alat dan teknik
sesuai potensi lingkungan/kearifan lokal serta mendeskripsikan produk budi
daya dari berbagai sumber. |
Desain/Perencanaan |
Peserta didik mampu menyusun
rencana kegiatan budi daya dan menentukan kelayakan produksi berdasarkan
modifikasi bahan, alat, teknik sesuai potensi lingkungan dan kearifan lokal
berdasarkan hasil pengamatan. |
Produksi |
Peserta didik mampu menghasilkan
produk budi daya yang aman secara bertanggung jawab berdasarkan potensi
lingkungan/kearifan lokal dengan modifikasi bahan, alat, dan teknik, serta
ditampilkan dalam pengemasan yang menarik sesuai perencanaan yang dibuatnya. |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta didik mampu memberi
penilaian produk budi daya hasil sendiri atau orang lain berdasarkan
modifikasi bahan, alat dan teknik yang bernilai ekonomis sesuai potensi
lingkungan/kearifan lokal. |
5. Fase
E (Umumnya untuk kelas X SMA)
Pada akhir Fase E
(Kelas X SMA) peserta didik mampu mengembangkan produk budi daya berdasarkan
analisis kebutuhan dan kelayakan pasar melalui eksplorasi bahan, alat dan
teknik, serta mempresentasikan secara lisan, tertulis, visual dan virtual. Pada
fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi dan memberikan saran produk budi
daya berdasarkan dampak lingkungan/budaya/ teknologi tepat guna.
Fase E Berdasarkan
Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta didik mampu mengeksplorasi
bahan, alat, teknik, prosedur, dan sistem budi daya produk bernilai ekonomis
dari berbagai sumber. |
Desain/Perencanaan |
Peserta
didik mampu menyusun rencana pengembangan kegiatan budi daya berdasarkan
analisis kebutuhan dan kelayakan pasar berdasarkan potensi lingkungan dan
hasil eksplorasi. |
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Produksi |
Peserta
didik mampu mengembangkan produk budi daya yang aman berbasis usaha, serta
menampilkan dalam bentuk pengemasan secara kreatif-inovatif dan dipromosikan
melalui media visual maupun virtual berdasarkan perencanaannya. |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta didik mampu memberi
penilaian dan saran pengembangan produk budi daya berdasarkan kajian mutu,
teknologi budi daya dan ekonomi, serta dampak lingkungan/budaya. |
6. Fase
F (Umumnya Kelas XI dan XII SMA)
Pada akhir Fase F
(Kelas XI dan XII SMA) peserta didik mampu mengembangkan sistem produksi budi
daya berdasarkan proposal rancangan usaha melalui analisis kebutuhan, kelayakan
pasar, dan kajian ilmiah, serta mempresentasikan produk secara lisan dan tertulis
pada media sosial, virtual, maupun visual. Pada fase ini, peserta didik
mengevaluasi, memberikan kritik dan solusi pengembangan produk budi daya sesuai
dengan nilai kewirausahaan/dampak lingkungan/teknologi tepat guna.
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta didik mampu mengeksplorasi
sistem produksi budi daya bernilai ekonomis dari berbagai sumber, berdasarkan
analisis ekonomi, teknologi, ekosistem dan pemasaran. |
Desain/Perencanaan |
Peserta didik mampu mengembangkan
sistem produksi budi daya dalam bentuk proposal usaha melalui analisis
berdasarkan kajian ilmiah, teknologi, ekosistem dan analisis usaha sesuai
potensi lingkungan/kearifan lokal dan hasil eksplorasi. |
Produksi |
Peserta didik mampu mengembangkan
sistem produksi budi daya yang aman berbasis usaha berdasarkan proposal dan
ditampilkan dalam bentuk pengemasan yang kreatifinovatif serta bertanggung
jawab mempromosikan secara visual dan virtual. |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta
didik mampu memberikan penilaian, argumentasi dan rekomendasi pengembangan
sistem produksi budi daya yang aman berdasarkan kajian mutu, teknologi budi
daya dan ekonomi, serta dampak lingkungan/budaya. |
XVIII.6.
CAPAIAN PEMBELAJARAN PRAKARYA-KERAJINAN
A. Rasional Mata Pelajaran Prakarya-Kerajinan
Kehidupan manusia dalam
bermasyarakat, sejak dahulu telah mengembangkan olah pikir dan olah rasa, untuk
membantu menjalani kehidupan, memecahkan masalah, maupun menghasilkan produk
yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup. Karya manusia sebagai produk
budaya, terlihat dalam tiga ranah: fisik (material), sistem (langkah-langkah,
metoda dan strategi memproduksi) dan Ide (gagasan dan latar belakang memproduksi).
Menyikapi perkembangan dan
perubahan teknologi, budaya dan gaya hidup yang terjadi dengan cepat di dunia
saat ini, maka dunia pendidikan di Indonesia mengantisipasi melalui penguatan
keterampilan dan jiwa kewirausahaan peserta didik. Salah satu mata pelajaran
yang mengembangkan keterampilan dan jiwa kewirausahaan adalah Prakarya yang
terdiri dari empat sub bidang keterampilan yaitu kerajinan, rekayasa, budi daya
dan pengolahan. Prakarya Kerajinan melatih peserta didik menggunakan kepekaan
terhadap lingkungan, ide dan kreativitas, serta keterampilan untuk bertahan
hidup secara mandiri dan ekonomis. Seiring berkembangnya zaman, mental generasi
muda perlu dibangun agar mampu mengatasi berbagai persoalan hidup termasuk
masalah lapangan pekerjaan.
Indonesia memiliki potensi
besar bagi pasar dunia industri, maka generasi muda perlu memiliki jiwa yang
tangguh untuk berwirausaha, memahami strategi wirausaha dan keberanian untuk
terjun ke dalam dunia usaha. Kemampuan keterampilan kreatif Prakarya Kerajinan
berpeluang untuk mewujudkan kewirausahaan dimulai
sejak pendidikan dasar hingga pendidikan menengah melatih kemampuan
kepemimpinan (leadership), berinisiatif
tinggi dan merespon kebutuhan sekitar, kerjasama (team work), serta berani mengambil resiko (risktaking).
Mata pelajaran Prakarya
Kerajinan mengacu pada konsep hasta karya Ki Hajar Dewantara yaitu
mengembangkan cipta, rasa, dan karsa dengan menciptakan produk kerajinan yang
berdampak pada diri serta lingkungan menuju keseimbangan antara alam (nature)
dan budaya (culture). Prakarya Kerajinan mengembangkan
kemampuan dan keterampilan peserta didik dengan mengintegrasikan,
mengkorelasikan dan mengkolaborasikan berbagai pengetahuan dan disiplin ilmu
diantaranya melalui pendekatan STEAM (Sains/Science,
Teknologi/technology, Teknik/Engineering, Seni/Art dan Matematika/Mathematic)
untuk menciptakan inovasi produk yang efektif dan efisien melalui
pembelajaran kolaboratif dengan dunia
kerja dan dunia pendidikan lanjut. Mata pelajaran Prakarya pada jenjang Sekolah
Dasar (Fase A-C) diintegrasikan dengan tema atau mata pelajaran lainnya seperti
Seni, Bahasa, Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial, atau mata pelajaran lain yang
relevan.
Kurikulum Prakarya Kerajinan
mengembangkan kompetensi merancang dan menciptakan produk kerajinan yang
berdampak individu maupun sosial secara kontekstual dan ergonomis. Kompetensi
ini membutuhkan penguasaan ilmu dan pengetahuan: seni, desain, teknologi,
budaya dan ekonomi serta kewirausahaan. Kompetensi pembelajaran terdiri dari
menggali (exploration) mengembangkan
bahan, alat, dan teknik berkarya serta memproduksi. Pengalaman pembelajaran
diperoleh dari sekolah, keluarga dan masyarakat. Di samping itu peserta didik
dilatih mampu berpikir kreatif-inovatif, logis, sistematis dan global (komprehensif). Pengembangan materi
pembelajaran bersifat kontekstual yaitu menggali kearifan lokal melalui
kemampuan apresiasi, observasi dan eksplorasi untuk membuat desain/perencanaan.
Proses produksi kerajinan melalui eksperimentasi, modifikasi dan sentuhan akhir
(finishing touch) produksi dengan
memberi kesempatan merefleksi dan mengevaluasi. Akhirnya, melalui penguasaan
ilmu dan pengetahuan: seni, desain, teknologi, budaya, ekonomi dengan semangat
kewirausahaan diharapkan dapat terwujud Profil Pelajar Pancasila.
B.
Tujuan Mata Pelajaran Prakarya-Kerajinan
Prakarya Kerajinan memiliki
tujuan sebagai berikut:
1.
merancang dan menghasilkan produk kerajinan yang
kreatif melalui penguasaan menggali (exploration)
bahan, alat, teknik, dan prosedur dengan mengembangkan pengetahuan seni,
kerajinan, teknologi, desain, dan budaya,
2.
mengapresiasi, mengevaluasi dan merefleksi karya
diri, teman, dan perajin berdasarkan pendekatan sistematis ilmiah,
3. menumbuhkembangkan
jiwa kewirausahaan melalui kepemimpinan, kerjasama dan berani mengambil resiko.
C.
Karakteristik Mata Pelajaran Prakarya-Kerajinan
Kurikulum Prakarya Kerajinan
menerapkan: (1) kurikulum progresif (progressive
curriculum) yaitu kurikulum yang mengikuti perkembangan Ilmu, Pengetahuan,
Teknologi, dan Seni (IPTEKS), sehingga materi dan metode pembelajaran
menyesuaikan terhadap perkembangan teknologi yang ada; (2) kurikulum terpadu (integrated curriculum) yaitu
mengkolaborasikan dengan sesama aspek mata pelajaran Prakarya maupun mata
pelajaran lainnya; (3) kurikulum korelatif (corralated
curriculum) yaitu kurikulum yang memberikan kesempatan melaksanakan
pembelajaran berbasis project based
learning dengan sesama aspek Prakarya atau mata pelajaran lainnya untuk
menghasilkan satu karya yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (4)
kurikulum mandiri (single subject
curriculum) yaitu kurikulum yang dilaksanakan secara mandiri dapat
menghasilkan karya yang berguna bagi mata pelajaran yang lain baik secara transfer of training, transfer of knowledge maupun transfer of value.
Pembelajaran Prakarya
Kerajinan berorientasi pada pengembangan kemampuan mengeksplorasi bahan, alat,
teknik, dan prosedur untuk membuat produk kerajinan kebutuhan sehari-hari dan
produk komersial berbasis kewirausahaan. Materi pembelajaran Prakarya Kerajinan
dapat menggali potensi daerah/lokal dengan memperhatikan prinsip 3R (Reduce,
Reuse, Recycle) sebagai upaya pelestarian budaya dan ekosistem dalam mewujudkan
benda fungsional yang bernilai estetis, ekonomis, dan ergonomis. Pembelajaran
Prakarya Kerajinan diharapkan terwujudnya Profil Pelajar Pancasila dan
dihasilkannya peserta didik yang menguasai teknologi tepat guna melalui sikap
analitis, logis, kreatif, inovatif, konstruktif, dan prediktif serta tanggap
terhadap lingkungan dan perkembangan zaman.
Lingkup materi Prakarya Kerajinan adalah pembuatan produk
dengan memanfaatkan bahan (alam, buatan, limbah organik dan anorganik, lunak,
keras, tekstil, artefak, dan objek budaya), alat (peralatan khas sesuai
teknik), teknik (teknik potong, sambung, tempel, ukir, anyam, batik, butsir,
cukil, sulam, tenun, dan lainnya) dan prosedur serta mengembangkan display produk untuk pameran dan kemasan
(packaging) sesuai kondisi
daerah/lingkungan masing-masing, potensi lokal, nusantara hingga mancanegara.
Pembelajaran Prakarya Kerajinan dilakukan juga secara mandiri, sinergi, dan
gradasi. Pembelajaran secara mandiri artinya pembelajaran yang dilaksanakan
sesuai minat dan kemampuan peserta didik dengan supervisi dari guru atau
sekolah melalui pembelajaran berbasis proyek (Project Based
Learning) ataupun
pembelajaran penemuan (Discovery Learning).
Pembelajaran sinergi adalah
model pembelajaran yang membuka kesempatan bagi peserta didik dan sekolah untuk
bekerjasama dengan dunia usaha/dunia kerja yang ada di lingkungannya meliputi
kegiatan kunjungan ataupun magang. Pembelajaran dilaksanakan secara gradasi
yaitu dimulai sejak pendidikan dasar dengan orientasi pengembangan lifeskill dan homeskill serta berorientasi pada home industry untuk tingkat pendidikan menengah.
Kurikulum Prakarya Kerajinan berisi
empat elemen kompetensi yaitu observasi dan eksplorasi, desain/perancangan,
produksi, serta refleksi dan evaluasi seperti berikut:
Elemen |
Deskripsi |
Observasi dan Eksplorasi |
Elemen observasi dan eksplorasi adalah pengamatan
dan penggalian (bahan, alat dan teknik) secara sistematis dan kontekstual
untuk memperoleh peluang menciptakan produk.
|
Desain/Perencanaan |
Elemen desain atau
perencanaan adalah penyusunan atau pengembangan rencana produk
(penciptaan, rekonstruksi, dan modifikasi) berdasarkan hasil observasi dan
eksplorasi. |
Produksi |
Elemen Produksi adalah keterampilan pembuatan atau
penciptaan produk setengah jadi dan/atau produk jadi yang kreatif dan atau
inovatif melalui eksperimen dan penelitian yang menumbuhkan jiwa
kewirausahaan. |
Refleksi dan Evaluasi |
Elemen refleksi dan evaluasi adalah kemampuan
pengamatan, apresiasi, identifikasi, analisis, penilain, dan pemberian saran
perbaikan/pengembangan produk/kelayakan produk. |
Elemen pada mata pelajaran Prakarya Kerajinan saling
berkaitan dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan Pembelajaran Prakarya Kerajinan
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran
Prakarya-Kerajinan Setiap Fase 1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD)
Pada akhir Fase A (Kelas I dan II SD) peserta didik mampu
membuat produk kerajinan kebutuhan sehari-hari berdasarkan karakteristik bahan,
produk, dan memberikan tanggapan.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta didik mampu
mengamati dan menjelaskan bentuk, warna,
tekstur, dan fungsi produk kerajinan untuk kebutuhan sehari-hari. |
Desain/Perencanaan |
Peserta didik mampu
menyusun rencana pembuatan produk kerajinan kebutuhan sehari-hari dengan
bimbingan. |
Produksi |
Peserta didik mampu membuat
produk kerajinan untuk kebutuhan sehari-hari secara mandiri maupun
bekerjasama dengan bimbingan sesuai dengan perencanaan. |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta didik mampu
memberikan tanggapan terhadap produk kerajinan kebutuhan sehari-hari. |
2.
Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD)
Pada akhir Fase B (Kelas III dan IV SD) peserta didik
mampu membuat produk kerajinan sesuai potensi lingkungan dan menjelaskan bahan,
alat dan langkah-langkahnya.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta
didik mampu mengamati dan menjelaskan karakteristik bentuk, warna, tekstur,
fungsi produk dan prosedur pembuatan kerajinan sesuai potensi lingkungan. |
Desain/Perencanaan |
Peserta
didik mampu
merancang produk
kerajinan sesuai potensi lingkungan. |
Produksi |
Peserta didik mampu membuat produk
kerajinan sesuai potensi lingkungan berdasarkan hasil rancangannya secara
mandiri dan/atau kerjasama. |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta didik mampu menanggapi dan
|
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
|
memberikan
ulasan hasil pembuatan produk kerajinan sesuai potensi lingkungan. |
3.
Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD)
Pada akhir Fase C (Kelas V dan VI SD) peserta didik mampu
menciptakan produk sesuai potensi lingkungan/kearifan lokal dengan memodifikasi
bahan, alat atau teknik, dan merefleksikan kelebihan atau kekurangan pada
produk.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta didik
mampu mengamati produk kerajinan hasil modifikasi yang sesuai potensi
lingkungan/kearifan lokal dan mendeskripsikan bahan, alat, teknik serta
prosedur pembuatan. |
Desain/Perencanaan |
Peserta didik
mampu merancang produk kerajinan dengan memodifikasi bahan, alat dan teknik
sesuai potensi lingkungan/kearifan lokal berdasarkan hasil pengamatannya. |
Produksi |
Peserta didik
mampu membuat produk kerajinan kreatif berdasarkan potensi
lingkungan/kearifan lokal dengan modifikasi bahan, alat atau teknik sesuai
hasil desainnya secara mandiri dan/atau kerjasama. |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta didik
mampu merefleksikan hasil pembuatan modifikasi produk kerajinan yang
dibuatnya berdasarkan manfaat dan karakteristik produk sesuai potensi
lingkungan/kearifan lokal. |
4.
Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII, dan IX
SMP)
Pada akhir Fase D (Kelas VII, VIII,
dan IX SMP) peserta didik mampu merancang dan memodifikasi desain produk
kerajinan berdasarkan kajian ergonomis sesuai potensi lingkungan dan/atau
kearifan lokal yang berbasis kewirausahaan. Pada fase ini, peserta didik mampu
memberikan penilaian produk kerajinan berdasarkan fungsi/nilai budaya/nilai
ekonomis secara tertulis dan lisan.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta didik mampu mengeksplorasi bentuk, bahan,
alat, teknik dan prosedur pembuatan produk kerajinan hasil modifikasi yang
bernilai ekonomis serta karakteristik display/kemasan
dari berbagai sumber. |
Desain/Perencanaan |
Peserta didik mampu merancang desain produk
kerajinan melalui modifikasi bentuk, bahan, alat dan teknik berdasarkan
kajian ergonomis dengan mempertimbangkan potensi lingkungan/kearifan lokal yang berbasis
kewirausahaan. |
Produksi |
Peserta didik mampu membuat produk kerajinan modifikasi
sesuai dengan rancangannya berdasarkan kajian ergonomis dan potensi lingkungan dan/atau
kearifan lokal yang berbasis kewirausahaan serta menampilkan melalui display dan/atau kemasan yang
menarik. |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta didik mampu memberi penilaian produk
kerajinan modifikasi hasil rancangan sendiri atau orang lain yang bernilai
ekonomis berdasarkan potensi lingkungan dan/atau kearifan lokal. |
5.
Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA)
Pada akhir Fase E (Kelas X SMA) peserta didik mampu
membuat produk kerajinan nusantara berdasarkan desain. Pembuatan desain melalui
analisis kebutuhan, kelayakan pasar, eksplorasi bentuk, bahan, alat dan teknik,
serta mempresentasikan secara lisan, visual, dan grafis. Pada fase ini, peserta
didik mampu mengevaluasi dan memberikan saran terhadap produk kerajinan
berdasarkan dampak lingkungan, budaya atau teknologi tepat guna.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta
didik mampu mengeksplorasi desain produk kerajinan nusantara berdasarkan
aspek ergonomis dan nilai ekonomis dari berbagai sumber. |
Desain/Perencanaan |
Peserta didik mampu membuat
rancangan pengembangan produk kerajinan melalui modifikasi bentuk, bahan,
alat dan teknik berdasarkan hasil eksplorasi, studi kelayakan pasar dan
potensi sumber daya nusantara. |
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Produksi |
Peserta
didik mampu mengembangkan produk kerajinan nusantara berbasis kewirausahaan berdasarkan desain yang dibuat dan
ditampilkan dengan display dan/atau
kemasan yang menarik serta dipromosikan melalui berbagai media informasi dan
komunikasi secara verbal maupun visual. |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta
didik mampu memberi penilaian dan saran pengembangan produk kerajinan
nusantara berdasarkan penggunaan teknologi tepat guna atau aspek ergonomis serta dampaknya terhadap
lingkungan atau budaya secara lisan, visual, dan grafis. |
6.
Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA)
Pada akhir Fase F (Kelas XI dan XII SMA) peserta didik
mampu mengembangkan dan/atau menciptakan produk kerajinan nusantara dan/atau
mancanegara yang memiliki nilai jual berdasarkan proposal. Penyusunan proposal
melalui kajian ekosistem/kajian ilmiah/analisis kebutuhan/kelayakan pasar.
Produk kerajinan tersebut dipresentasikan secara lisan, visual, dan grafis pada
berbagai media informasi dan komunikasi secara verbal maupun visual.
Pada fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi, memberikan kritik, saran, dan
solusi terhadap pengembangan produk kerajinan berdasarkan nilai
kewirausahaan/dampak lingkungan/teknologi produksinya.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
|
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta
didik mampu mengeksplorasi desain produk kerajinan nusantara dan mancanegara
berdasarkan nilai ergonomis, ekonomis, teknik, prosedur, display atau kemasan dan aspek pemasaran
dari berbagai sumber. |
|
Desain/Perencanaan |
Peserta
didik mampu |
membuat |
|
rancangan
produk kerajinan |
nusantara
|
|
dan
mancanegara sesuai |
proposal |
|
berdasarkan kajian
|
teknologi |
|
produksi/ergonomi,
studi |
kelayakan
|
|
pasar serta potensi sumber tersedia. |
daya yang |
Produksi |
Peserta
didik mampu mengembangkan |
|
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
|
|
produk kerajinan nusantara dan mancanegara berdasarkan
proposal atau desain dan ditampilkan dalam bentuk display atau kemasan yang menarik serta dipromosikan melalui
berbagai media informasi dan komunikasi secara verbal maupun visual. |
|
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta didik mampu memberikan penilaian, argumentasi, dan
rekomendasi produk kerajinan nusantara dan mancanegara berdasarkan kajian
teknologi produksi/ergonomis dan dampaknya terhadap lingkungan/budaya secara
lisan, visual, dan grafis. |
XVIII.7.
CAPAIAN PEMBELAJARAN PRAKARYA-PENGOLAHAN
A. Rasional Mata Pelajaran Prakarya-Pengolahan
Kehidupan manusia dalam
bermasyarakat, sejak dahulu telah mengembangkan kemampuan olah pikir dan olah
rasa, untuk membantu menjalani kehidupan, memecahkan masalah, maupun
menghasilkan produk olahan yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup.
Karya manusia sebagai produk budaya, terlihat dalam tiga ranah: fisik
(material), sistem (langkah-langkah, metoda dan strategi memproduksi) dan ide
(gagasan dan latar belakang memproduksi).
Menyikapi perkembangan dan
perubahan teknologi, budaya dan gaya hidup yang terjadi dengan cepat di dunia
saat ini, maka dunia pendidikan di Indonesia mengantisipasi melalui penguatan
keterampilan dan jiwa kewirausahaan peserta didik. Salah satu mata pelajaran
yang mengembangkan keterampilan dan jiwa kewirausahaan adalah Prakarya, yang
terdiri dari empat sub bidang keterampilan yaitu kerajinan, rekayasa, budidaya
dan pengolahan. Prakarya Pengolahan mengembangkan keterampilan peserta didik
melalui kepekaan terhadap lingkungan, ide dan kreativitas untuk bertahan hidup
secara mandiri dan ekonomis.
Seiring berkembangnya zaman,
mental generasi muda perlu dibangun agar mampu mengatasi berbagai persoalan
hidup termasuk masalah lapangan pekerjaan.
Indonesia memiliki potensi besar bagi pasar dunia industri, maka
generasi muda perlu memiliki jiwa yang tangguh untuk berwirausaha, memahami
strategi wirausaha dan keberanian untuk terjun ke dalam dunia usaha. Kemampuan
keterampilan kreatif Prakarya Pengolahan berpeluang mewujudkan jiwa
kewirausahaan dimulai sejak pendidikan dasar hingga pendidikan menengah melatih
kemampuan kepemimpinan (leadership), berinisiatif
tinggi dan merespon kebutuhan sekitar, kerjasama (team work), serta berani mengambil resiko (risk-taking).
Mata pelajaran Prakarya
Pengolahan mengacu pada konsep hasta karya Ki Hajar Dewantara yaitu
mengembangkan cipta, rasa, dan karsa dengan menciptakan produk olahan pangan
dan non pangan yang berdampak pada diri serta lingkungan secara kontekstual dan
higienis. Prakarya Pengolahan
mengembangkan kemampuan dan keterampilan peserta didik dengan mengintegrasikan,
mengkorelasikan, dan mengkolaborasikan berbagai pengetahuan dan disiplin ilmu
berbasis STEAM (Sains/Science,
Teknologi/technology, Teknik/Engineering, Seni/Art dan Matematika/Mathematic)
untuk menciptakan inovasi produk yang efektif dan efisien melalui
pembelajaran kolaborasi dengan dunia
kerja dan dunia pendidikan lanjut. Mata pelajaran Prakarya pada jenjang Sekolah
Dasar (Fase A-C) diintegrasikan dengan tema atau mata pelajaran lainnya seperti
Seni, Bahasa, Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial, atau mata pelajaran lain yang
relevan.
Kurikulum Prakarya Pengolahan mengembangkan kompetensi
merencanakan dan menghasilkan produk olahan pangan dan non pangan yang
berdampak individu maupun sosial dan berbasis ekosistem. Kompetensi ini membutuhkan penguasaan ilmu
pengetahuan (biologi, kimia dan fisika), dan teknologi, serta pendidikan
kewirausahaan. Kompetensi pembelajaran terdiri dari kemampuan mengeksplorasi
dan mengembangkan bahan, alat, teknik
(pencampuran, pemanasan,
pengawetan, dan modifikasi), serta sistem pengolahan. Pengalaman pembelajaran
diperoleh dari sekolah, keluarga dan masyarakat. Disamping itu, peserta didik dilatih kemampuan
berpikir kreatif-inovatif, logis, sistematis, dan global (komprehensif). Pengembangan materi pembelajaran bersifat
kontekstual yaitu menggali potensi kearifan lokal melalui kemampuan apresiasi,
observasi, dan eksplorasi untuk membuat desain/perencanaan. Proses produksi
pengolahan melalui eksperimentasi, modifikasi, dan penyajian sebagai sentuhan
akhir (finishing touch) produksi
dengan memberi kesempatan merefleksi dan mengevaluasi. Akhirnya, melalui
penguasaan ilmu dan pengetahuan seni, desain, teknologi, budaya, ekonomi dengan
semangat kewirausahaan diharapkan dapat terwujud Profil Pelajar Pancasila.
B.
Tujuan Mata Pelajaran Prakarya-Pengolahan
Prakarya Pengolahan memiliki
tujuan sebagai berikut:
1.
menghasilkan produk pengolahan pangan
sehat/higienis dan non pangan yang ekonomis melalui eksplorasi bahan, teknik,
alat dengan mengembangkan pengetahuan dan prinsip teknologi pengolahan.
2.
mengapresiasi, mengevaluasi dan merefleksi karya
produk teknologi olahan pangan dan non pangan masyarakat maupun teman sendiri
berdasarkan pendekatan sistematis ilmiah.
3. menumbuhkembangkan
jiwa kewirausahaan melalui kepemimpinan, kerjasama dan berani mengambil resiko.
C.
Karakteristik Mata Pelajaran Prakarya-Pengolahan
Kurikulum Prakarya Pengolahan menerapkan: (1) kurikulum
progresif
(progressive curriculum) yaitu kurikulum yang mengikuti perkembangan
Ilmu, Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS), sehingga materi dan metode
pembelajaran menyesuaikan terhadap perkembangan teknologi yang ada; (2)
kurikulum terpadu (integrated curriculum)
yaitu mengkolaborasikan dengan sesama aspek mata pelajaran Prakarya maupun mata
pelajaran lainnya; (3) kurikulum korelatif (corralated
curriculum) yaitu kurikulum yang memberikan kesempatan melaksanakan
pembelajaran berbasis project based
learning dengan sesama aspek Prakarya atau mata pelajaran lainnya untuk
menghasilkan satu karya yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (4)
kurikulum mandiri (single subject
curriculum) yaitu kurikulum yang dilaksanakan secara mandiri dapat
menghasilkan karya yang berguna bagi mata pelajaran yang lain baik secara transfer of training, transfer of knowledge
maupun transfer of value.
Pembelajaran Prakarya
Pengolahan berorientasi pada pengembangan kemampuan mengolah bahan pangan
secara higienis dan non pangan menjadi produk jadi dan produk setengah jadi
dalam bentuk sajian/kemasan yang menarik berbasis kewirausahaan. Pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi pengolahan melalui metoda kolaborasi, sinergi
dan sintesa untuk mengkaji, memecahkan, mengevaluasi dan merefleksikan dalam
kegiatan pengolahan bahan, teknik dan alat. Sistem pengetahuan
prakarya-pengolahan diperoleh melalui learning by doing (pembelajaran teori
praktis). Pelaksanaan pembelajaran materi Prakarya Pengolahan menyesuaikan
kondisi dan potensi lingkungan sosial, budaya, dan alam dengan memperhatikan
kelestarian dengan pendekatan pengetahuan hayati serta ekosistem. Pembelajaran
Prakarya Pengolahan diharapkan terwujudnya Profil Pelajar Pancasila dan
dihasilkannya peserta didik yang menguasai teknologi tepat guna melalui sikap
analitis, logis, kreatif, inovatif, konstruktif, dan prediktif serta tanggap
terhadap lingkungan dan perkembangan zaman.
Lingkup materi pembelajaran
Prakarya Pengolahan meliputi bahan nabati (buah, sayur, umbi, serealia), hewani
(daging ternak besar, daging unggas, ikan, telur, susu), herbal (tanaman
berkhasiat/obat), perkebunan (kopi, teh, cokelat, kelapa dan sawit), dan uji
organoleptik yang diselenggarakan sesuai kondisi daerah/lingkungan masingmasing
serta memperhatikan potensi lingkungan, kearifan lokal, nusantara hingga
mancanegara. Pembelajaran Prakarya Pengolahan dilakukan juga secara mandiri,
sinergi, dan gradasi. Pembelajaran secara mandiri artinya pembelajaran yang
dilaksanakan sesuai minat dan kemampuan peserta didik dengan supervisi dari
guru atau sekolah melalui pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) ataupun pembelajaran penemuan (Discovery Learning). Pembelajaran
sinergi adalah model pembelajaran yang membuka kesempatan bagi peserta didik
dan sekolah untuk bekerjasama dengan dunia usaha/dunia kerja yang ada di
lingkungannya meliputi kegiatan kunjungan ataupun magang. Pembelajaran
dilaksanakan secara gradasi yaitu dimulai sejak pendidikan dasar dengan
orientasi pengembangan lifeskill dan homeskill serta berorientasi pada home industry untuk tingkat pendidikan
menengah.
Kurikulum
Prakarya Pengolahan berisi empat elemen kompetensi yaitu observasi dan
eksplorasi, desain/perancangan, produksi, serta refleksi dan evaluasi seperti
berikut:
Elemen |
Deskripsi |
Observasi dan Eksplorasi |
Elemen observasi dan eksplorasi adalah pengamatan
dan penggalian (bahan, alat dan teknik) secara sistematis dan kontekstual
untuk memperoleh peluang menciptakan produk.
|
Desain/Perencanaan |
Elemen desain atau
perencanaan adalah penyusunan atau pengembangan rencana produk
(penciptaan, rekonstruksi, dan modifikasi) berdasarkan hasil observasi dan
eksplorasi. |
Produksi |
Elemen Produksi adalah keterampilan pembuatan atau
penciptaan produk setengah jadi dan/atau produk jadi yang kreatif dan atau
inovatif melalui eksperimen dan penelitian yang menumbuhkan jiwa
kewirausahaan. |
Refleksi dan Evaluasi |
Elemen refleksi dan evaluasi adalah kemampuan
pengamatan, apresiasi, identifikasi, analisis, penilain, dan pemberian saran
perbaikan/pengembangan produk/kelayakan produk. |
Elemen pada mata pelajaran
Prakarya Pengolahan saling berkaitan dapat digambarkan sebagai berikut:
D. Capaian
Pembelajaran Mata Pelajaran Prakarya-Pengolahan Setiap
Fase
1.
Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD)
Pada akhir Fase A (Kelas I dan II SD) peserta didik mampu
membuat produk olahan pangan sehat berdasarkan karakteristik bahan pangan untuk
kebutuhan sehari-hari dan memberikan tanggapan.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta didik mampu mengamati karakteristik bahan
pangan sehat (warna, rasa, aroma, tekstur) untuk kebutuhan sehari-hari dan
menjelaskan secara lisan. |
Desain/Perencanaan |
Peserta didik mampu menyusun rencana pembuatan
produk olahan pangan sehat untuk kebutuhan sehari-hari dengan bimbingan. |
Produksi |
Peserta didik mampu membuat produk olahan pangan
sehat untuk kebutuhan sehari-hari secara kerjasama di bawah bimbingan. |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta didik mampu memberikan tanggapan terhadap
hasil pembuatan olahan pangan sehat kebutuhan sehari-hari. |
2.
Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD)
Pada akhir Fase B (Kelas III dan IV SD) peserta didik
mampu membuat produk olahan pangan sehat untuk kebutuhan diri maupun keluarga
berdasarkan pengamatan bahan, alat dan langkah-langkahnya, serta memberikan
tanggapan.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta didik mampu mengamati secara organoleptik
dan menjelaskan bahan, alat, dan prosedur pembuatan produk olahan pangan
sehat dari lingkungan sekitar. |
Desain/Perencanaan |
Peserta didik menentukan dan menyusun rencana
pembuatan produk olahan pangan sehat sesuai potensi lingkungan. |
Produksi |
Peserta didik membuat produk olahan pangan sehat
untuk kebutuhan diri dan keluarga secara mandiri dan atau kerjasama, serta
menyajikan secara menarik. |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta didik mampu
mengapresiasi hasil pembuatan produk olahan pangan sehat untuk
kebutuhan diri dan keluarga. |
3.
Fase C (Umumnya Kelas V dan VI SD)
Pada akhir Fase C (Kelas V dan VI SD) peserta didik mampu
membuat dan menyajikan produk olahan pangan sehat sesuai potensi lingkungan
berdasarkan modifikasi bahan, alat atau teknik. Pada fase ini, peserta didik
mampu merefleksikan kelebihan dan kekurangan produk yang dibuatnya.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta didik mampu mengamati modifikasi produk
olahan pangan sehat yang sesuai potensi lingkungan dan mendeskripsikan bahan,
alat, teknik dan prosedur pembuatan. |
Desain/Perencanaan |
Peserta didik menentukan dan menyusun rencana
pembuatan produk olahan pangan sehat dengan memodifikasi bahan, peralatan,
bentuk, dan tampilan sesuai kearifan lokal. |
Produksi |
Peserta didik mampu membuat produk olahan pangan
sehat berdasarkan potensi lingkungan dengan modifikasi bahan, peralatan atau
teknik secara mandiri dan atau kerjasama, serta menyajikan secara menarik. |
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta didik mampu merefleksikan hasil pembuatan
modifikasi produk olahan pangan sehat sesuai potensi lingkungan berdasarkan
manfaat dan karakteristik produk. |
4.
Fase D (Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX SMP)
Pada akhir Fase D (Kelas VII, VIII dan IX SMP) peserta
didik mampu membuat, memodifikasi dan menyajikan produk olahan pangan higienis
dan non pangan sesuai potensi lingkungan dan atau kearifan lokal untuk
mengembangkan jiwa wirausaha. Pada fase ini, peserta didik mampu memberikan
penilaian produk olahan pangan berdasarkan fungsi/nilai budaya/nilai ekonomis
secara tertulis dan lisan.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta didik mampu mengeksplorasi bahan, alat,
teknik dan prosedur pembuatan produk olahan pangan higienis hasil modifikasi
kearifan lokal/potensi lingkungan dan produk non pangan yang bernilai
ekonomis dari berbagai sumber, serta karakteristik penyajian dan kemasan. |
Desain/Perencanaan |
Peserta didik mampu menyusun rencana pembuatan
produk olahan pangan higienis dan non pangan melalui modifikasi bahan,
peralatan dan teknik berdasarkan studi kelayakan produksi dan potensi
lingkungan serta kearifan lokal. |
Produksi |
Peserta didik mampu membuat produk olahan pangan
higienis dan non pangan secara bertanggung jawab berdasarkan potensi
lingkungan dan atau kearifan lokal dengan modifikasi bahan, peralatan atau
teknik, serta ditampilkan dalam bentuk penyajian dan pengemasan yang menarik.
|
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta didik mampu memberi penilaian hasil
pembuatan modifikasi produk olahan pangan higienis dan non pangan yang
bernilai ekonomis berdasarkan potensi lingkungan dan atau kearifan lokal. |
5.
Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA)
Pada akhir Fase E (Kelas X SMA) peserta didik mampu
mengembangkan produk olahan pangan higienis nusantara atau non pangan
berdasarkan analisis kebutuhan dan kelayakan pasar melalui eksplorasi bahan,
alat dan teknik, serta mempresentasikan secara lisan, visual dan grafis. Pada
fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi dan memberikan saran produk olahan
pangan dan non pangan berdasarkan dampak lingkungan/budaya/ teknologi tepat
guna.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta didik mampu mengeksplorasi produk olahan
pangan higienis nusantara atau produk non pangan yang bernilai ekonomis dari
berbagai sumber, menganalisis karakteristik bahan, alat, teknik dan prosedur
pengolahan, serta penyajian dan kemasan.
|
Desain/Perencanaan |
Peserta didik mampu menyusun rencana pembuatan
produk olahan pangan higienis atau produk non pangan berdasarkan analisis
usaha, ketersediaan bahan, peralatan, bentuk, serta tampilan sesuai potensi
nusantara dan hasil eksplorasi. |
Produksi |
Peserta didik mampu
mengembangkan produk olahan pangan nusantara higienis atau produk non
pangan berbasis usaha, serta menampilkan dalam bentuk penyajian dan
pengemasan secara kreatif-inovatif dan dipromosikan melalui media visual
maupun virtual. |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta didik mampu memberi penilaian dan saran
pengembangan produk olahan pangan nusantara higienis atau produk non pangan
berdasarkan kajian mutu, teknologi pangan dan ekonomi, serta dampak
lingkungan/budaya. |
6.
Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA).
Pada akhir Fase F (Kelas XI dan XII SMA) peserta didik
mampu mengembangkan dan/atau menciptakan produk olahan pangan higienis
nusantara dan/atau mancanegara atau produk non pangan berdasarkan proposal
rancangan usaha melalui analisis kebutuhan, kelayakan pasar, dan kajian ilmiah,
serta mempresentasikan produk secara lisan dan tertulis pada media sosial
virtual maupun visual. Pada fase ini, peserta didik mengevaluasi dan memberikan
kritik serta solusi pengembangan produk olahan pangan dan non pangan sesuai
dengan nilai kewirausahaan/dampak lingkungan/teknologi tepat guna.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta didik mampu mengeksplorasi
produk olahan pangan higienis nusantara dan atau mancanegara atau produk non
pangan yang bernilai ekonomis dari berbagai sumber, berdasarkan analisis
ekonomi, teknologi, penyajian, dan pemasaran. |
Desain/Perencanaan |
Peserta didik mampu menyusun
rencana dalam bentuk proposal pembuatan produk olahan pangan higienis atau
produk non pangan berdasarkan kajian ilmiah, teknologi, dan analisis usaha
sesuai potensi nusantara dan atau mancanegara dan hasil eksplorasi. |
Produksi |
Peserta
didik mampu mengembangkan produk olahan pangan higienis nusantara dan atau
mancanegara atau produk non pangan berbasis usaha berdasarkan proposal dan
ditampilkan dalam bentuk penyajian dan pengemasan yang kreatif-inovatif serta
bertanggung jawab mempromosikan secara visual dan virtual. |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta
didik mampu memberikan penilaian, argumentasi dan rekomendasi produk
pengolahan pangan higienis atau produk non pangan berdasarkan kajian mutu,
teknologi pangan dan ekonomi, serta dampak lingkungan/budaya. |
XVIII.8.
CAPAIAN PEMBELAJARAN PRAKARYA-REKAYASA
A. Rasional Mata Pelajaran Prakarya-Rekayasa
Kehidupan manusia dalam
bermasyarakat, sejak dahulu telah mengembangkan kemampuan olah pikir dan olah
rasa untuk membantu menjalani kehidupan, memecahkan masalah, maupun
menghasilkan produk yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup. Karya
manusia sebagai produk budaya, terlihat dalam tiga ranah: fisik (material),
sistem (langkah-langkah, metoda dan strategi memproduksi) dan ide (gagasan dan
latar belakang memproduksi).
Menyikapi perkembangan dan
perubahan teknologi, budaya dan gaya hidup yang terjadi dengan cepat di dunia
saat ini, maka dunia pendidikan di Indonesia mengantisipasi melalui penguatan
keterampilan dan jiwa kewirausahaan peserta didik. Salah satu mata pelajaran
yang mengembangkan keterampilan dan jiwa kewirausahaan adalah Prakarya, yang
terdiri dari empat sub bidang keterampilan yaitu kerajinan, rekayasa, budidaya
dan pengolahan. Prakarya Rekayasa mengembangkan keterampilan peserta didik melalui
kepekaan terhadap lingkungan, ide dan kreativitas untuk bertahan hidup mandiri
dan ekonomis.
Seiring berkembangnya zaman,
mental generasi muda perlu dibangun agar mampu mengatasi berbagai persoalan
hidup termasuk masalah lapangan pekerjaan. Indonesia memiliki potensi besar
bagi pasar dunia industri, maka generasi muda perlu memiliki jiwa yang tangguh
untuk berwirausaha, memahami strategi wirausaha dan keberanian untuk terjun ke
dalam dunia usaha. Kemampuan keterampilan kreatif Prakarya-Rekayasa berpeluang
mewujudkan jiwa kewirausahaan dimulai sejak pendidikan dasar hingga pendidikan
menengah melatih kemampuan kepemimpinan (leadership),
berinisiatif tinggi dan merespon kebutuhan sekitar, kerjasama (team work), serta berani mengambil
resiko (risk-taking).
Mata pelajaran Prakarya
Rekayasa mengacu pada konsep hasta karya Ki Hajar Dewantara yaitu mengembangkan
cipta, rasa, dan karsa dengan menciptakan produk rekayasa yang berdampak pada
diri serta lingkungan menuju keseimbangan antara alam (nature) dan budaya (culture).
Prakarya Rekayasa mengembangkan kemampuan dan keterampilan peserta didik
dengan mengintegrasikan, mengkorelasikan dan mengkolaborasikan berbagai
pengetahuan dan disiplin ilmu berbasis STEAM (Sains/Science, Teknologi/technology,
Teknik/Engineering, Seni/Art dan Matematika/Mathematic) untuk menciptakan inovasi produk yang efektif dan
efisien melalui pembelajaran kolaborasi dengan
dunia kerja dan dunia pendidikan lanjut. Mata pelajaran Prakarya pada jenjang
Sekolah Dasar (Fase A-C) diintegrasikan dengan tema atau mata pelajaran lainnya
seperti Seni, Bahasa, Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial, atau mata pelajaran
lain yang relevan.
Kurikulum Prakarya Rekayasa mengembangkan kompetensi
merencanakan dan menghasilkan produk teknologi yang berdampak dan bernilai guna
pada individu, sosial dan berbasis ekosistem. Kompetensi ini membutuhkan
penguasaan ilmu pengetahuan
(matematika, fisika, kimia,
biologi), mekanika teknik, teknologi dan pendidikan kewirausahaan. Kompetensi
pembelajaran kompetensi terdiri dari kemampuan mengeksplorasi dan mengembangkan
bahan, alat, prosedur dan teknik berkarya, dengan pengalaman pembelajaran di
sekolah, keluarga dan masyarakat. Disamping itu, peserta didik dilatih
kemampuan berpikir kreatif-inovatif, logis, sistematis, dan global (komprehensif). Pengembangan materi
pembelajaran bersifat kontekstual yaitu menggali potensi kearifan lokal melalui
kemampuan apresiasi, observasi, dan eksplorasi untuk membuat
desain/perencanaan. Proses produksi rekayasa melalui eksperimentasi, modifikasi,
dan membuat produk dengan memberi kesempatan merefleksi dan mengevaluasi.
Akhirnya, melalui penguasaan ilmu dan pengetahuan seni, desain, teknologi,
budaya, ekonomi dengan semangat kewirausahaan diharapkan dapat terwujud Profil
Pelajar Pancasila.
B.
Tujuan Mata Pelajaran Prakarya-Rekayasa
Prakarya Rekayasa memiliki tujuan
sebagai berikut:
1.
merancang dan menghasilkan produk rekayasa
melalui penguasaan menggali (exploration)
bahan, teknik, alat dan prosedur dengan mengembangkan rekonstruksi pengetahuan,
desain, seni dan teknologi;
2.
mengapresiasi, mengevaluasi dan merefleksi karya
teknologi masyarakat maupun teman sendiri berdasarkan pendekatan sistematis
ilmiah; dan
3. menumbuhkembangkan
jiwa kewirausahaan melalui kepemimpinan, kerjasama dan berani mengambil resiko.
C.
Karakteristik Mata Pelajaran Prakarya-Rekayasa
Kurikulum Prakarya Rekayasa
menerapkan: (1) kurikulum progresif (progresive
curriculum) yaitu kurikulum yang mengikuti perkembangan Ilmu, Pengetahuan,
Teknologi, dan Seni (IPTEKS), sehingga materi, metode pembelajaran menyesuaikan
dengan perkembangan teknologi yang ada; (2) kurikulum terpadu (integrated curriculum) yaitu
mengkolaborasikan dengan sesama aspek mata pelajaran Prakarya maupun mata
pelajaran lainnya; (3) kurikulum korelatif (corralated
curriculum) yaitu kurikulum yang memberikan kesempatan melaksanakan
pembelajaran berbasis project based
learning dengan sesama aspek Prakarya atau mata pelajaran lainnya untuk menghasilkan
satu produk yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (4) kurikulum
mandiri (single subject curriculum)
yaitu kurikulum yang dilaksanakan secara mandiri dapat menghasilkan karya yang
berguna bagi mata pelajaran yang lain baik secara transfer of training, transfer of knowledge maupun transfer of value.
Pembelajaran Prakarya Rekayasa
berorientasi pada pengembangan kemampuan mengeksplorasi bahan, teknik, alat dan
prosedur untuk membuat produk eksperimentasi, kebutuhan sehari-hari dan produk
komersial dilandasi dengan semangat kewirausahaan. Materi pembelajaran Prakarya
Rekayasa dapat menggali potensi daerah/lokal serta memperhatikan karakteristik
bahan yang dikembangkan. Pelaksanaan pembelajaran Prakarya Rekayasa dimulai
dengan mendesain, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan merefleksi berdasarkan
identifikasi kebutuhan sumber daya, teknologi dan prosedur berkarya. Prinsip
dalam rekayasa adalah dengan memanfaatkan sistem, bahan, serta teknologi untuk
ide produk rekayasa yang disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan manusia.
Pembelajaran Prakarya Rekayasa diharapkan terwujudnya Profil Pelajar Pancasila
dan dihasilkannya peserta didik yang menguasai teknologi tepat guna melalui
sikap analitis, logis, kreatif, inovatif, konstruktif, dan prediktif serta
tanggap terhadap lingkungan dan perkembangan zaman.
Lingkup materi Prakarya
Rekayasa dikaitkan dengan kemampuan teknologi dalam merancang, merekonstruksi,
dan membuat produk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dengan
pendekatan pemecahan masalah meliputi pembuatan produk teknologi rekayasa
sederhana (mekanis maupun non-mekanis), teknologi rekayasa tepat guna berbasis
masalah (elektronika, sistem pengendali, otomasi), dan teknologi terapan yang
disesuaikan dengan potensi lingkungan serta kearifan lokal. Prosedur permbuatan
produk rekayasa meliputi proses konstruksi penyambungan kayu, tali, plastik,
kertas, dan lainnya untuk menghasilkan produk yang kuat baik secara mekanik
maupun elektronika harus dilakukan dengan prinsip ketepatan, dan ergonomik agar
aman dan nyaman digunakan. Materi pembelajaran prakarya rekayasa menyesuaikan
kondisi dan potensi lingkungan sosial, budaya dan alam dengan memperhatikan
kelestarian dengan pendekatan pengetahuan teknologi serta ekosistem menuju
modifikasi dan inovasi.
Prakarya Rekayasa dilakukan
secara mandiri, sinergi, dan gradasi. Pembelajaran secara mandiri artinya
pembelajaran yang dilaksanakan sesuai minat dan kemampuan peserta didik dengan
supervisi dari guru atau sekolah melalui pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) ataupun
pembelajaran penemuan (Discovery Learning).
Pembelajaran sinergi adalah model pembelajaran yang membuka kesempatan bagi
peserta didik dan sekolah untuk bekerjasama dengan dunia usaha/dunia kerja yang
ada di lingkungannya meliputi kegiatan kunjungan ataupun magang. Pembelajaran
dilaksanakan secara gradasi yaitu dimulai sejak pendidikan dasar dengan
orientasi pengembangan lifeskill dan homeskill serta berorientasi pada home industry untuk tingkat pendidikan
menengah.
Prakarya Rekayasa di Sekolah
Dasar (SD) berorientasi menumbuhkan kepedulian lingkungan serta kebiasaan
masyarakat untuk mempersiapkan dan melatih dasar kecakapan hidup (life skill). Prakarya Rekayasa di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) menyelaraskan antara pengetahuan dasar teknologi
terhadap pembentukan nilai-nilai kewirausahaan, melatih pengetahuan dan
keterampilan teknis (family life skill).
Prakarya Rekayasa jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) bertujuan melatih jiwa
kewirausahaan sebagai persiapan hidup mandiri (home economy/industry) dan studi lebih lanjut.
Kurikulum Prakarya Rekayasa berisi
empat elemen kompetensi yaitu observasi dan eksplorasi, desain/perancangan,
produksi, serta refleksi dan evaluasi seperti berikut:
Elemen |
Deskripsi |
Observasi dan Eksplorasi |
Elemen observasi dan eksplorasi adalah pengamatan dan penggalian
(bahan, alat dan teknik) secara sistematis dan kontekstual untuk |
Elemen |
Deskripsi |
|
memperoleh peluang menciptakan produk.
|
Desain/Perencanaan |
Elemen desain atau
perencanaan adalah penyusunan atau pengembangan rencana produk (penciptaan, rekonstruksi,
dan modifikasi) berdasarkan hasil observasi dan eksplorasi. |
Produksi |
Elemen Produksi adalah keterampilan pembuatan atau penciptaan produk
setengah jadi dan/atau produk jadi yang kreatif dan atau inovatif melalui
eksperimen dan penelitian yang menumbuhkan jiwa kewirausahaan. |
Refleksi dan Evaluasi |
Elemen refleksi dan evaluasi adalah kemampuan pengamatan, apresiasi,
identifikasi, analisis, penilain, dan pemberian saran perbaikan/pengembangan
produk/kelayakan produk. |
Elemen pada mata pelajaran
Prakarya Rekayasa saling berkaitan dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan Pembelajaran Prakarya Rekayasa
D. Capaian
Pembelajaran Mata Pelajaran Prakarya-Rekayasa setiap Fase
1.
Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD)
Pada akhir Fase A (Kelas I dan II SD) peserta didik mampu
membuat produk rekayasa sederhana melalui pengamatan dan identifikasi bahan,
teknik, alat dan produk ciptaannya serta memberikan tanggapan dibawah
bimbingan.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta didik mampu mengamati dan menunjukkan secara lisan karakteristik (sifat, fungsi, dan bentuk) bahan
produk rekayasa sederhana. |
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Desain/Perencanaan |
Peserta didik
mampu membuat rancangan/dummy
rekayasa sederhana. |
Produksi |
Peserta didik
mampu menciptakan produk rekayasa sederhana dibawah bimbingan. |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta didik
mampu memberi tanggapan terhadap
produk rekayasa sederhana secara lisan. |
2.
Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD)
Pada akhir Fase B (Kelas III dan IV SD) peserta didik
mampu menghasilkan produk rekayasa yang memanfaatkan
energi melalui pengamatan dan identifikasi potensi lingkungan sekitar serta
memberikan tanggapan dibawah bimbingan.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta didik mampu mengamati, mengidentifikasi dan menjelaskan karakteristik (sifat, fungsi, dan
bentuk) bahan, alat dan prosedur pembuatan produk rekayasa yang memanfaatkan
energi sesuai potensi lingkungan,
serta mengeksplorasi dari berbagai sumber. |
Desain/Perencanaan |
Peserta didik mampu membuat
rancangan/dummy rekayasa sederhana
dengan memperhatikan potensi lingkungan. |
Produksi |
Peserta didik mampu menciptakan
produk rekayasa sederhana dengan teknik modifikasi, merubah fungsi produk
yang sudah ada secara mandiri mapupun kerjasama kelompok serta
mempresentasikan secara lisan. |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta didik mampu mengapresiasi produk rekayasa sederhana di lapangan atau dari sumber yang lain
dan merefleksikan terhadap karya produk ciptaannya secara lisan maupun
tertulis. |
3.
Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD)
Pada akhir Fase C (Kelas V dan VI SD) peserta didik mampu
menghasilkan produk rekayasa yang memanfaatkan energi melalui identifikasi bahan, alat, teknik dan prosedur
produk rekayasa energi yang ada.
Pada fase ini peserta didik mampu merefleksikan kelebihan atau kekurangan
produk ciptaan.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta didik mampu mengamati dan mengidentifikasi, mengeksplorasi
bahan, alat, teknik dan prosedur pembuatan produk rekayasa yang memanfaatkan
energi sesuai potensi lingkungan. |
Desain/Perencanaan |
Peserta didik mampu membuat rancangan/dummy rekayasa energi dengan
memperhatikan potensi dan dampak lingkungan. |
Produksi |
Peserta didik mampu menciptakan produk rekayasa energi melalui
modifikasi merubah bentuk dan/atau fungsi hasil rancangan di atas dan
mempresentasikan secara lisan maupun tertulis. |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta didik mampu merefleksikan produk rekayasa energi di lapangan
atau dari sumber yang lain terhadap karya ciptaannya berdasarkan fungsi dan
nilai guna yang dihasilkan secara lisan dan tertulis. |
4.
Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX
SMP)
Pada akhir Fase D (Kelas VII, VIII, dan IX SMP) peserta
didik mampu menghasilkan rekayasa teknologi tepat guna melalui identifikasi dan
rekonstruksi desain produk dan
menjelaskan keterkaitan teori,
perakitan dan teknik dalam proses produksi. Pada fase ini peserta didik mampu
memberikan penilaian produk berdasarkan fungsi dan manfaat secara tertulis dan
lisan.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta didik mampu mengamati perkembangan teknologi tepat guna dan
mengeskplorasi karakteristik bahan, alat, teknik, prosedur pembuatan sebagai
alternatif menciptakan produk rekayasa yang kreatif dan inovatif. |
Desain/Perencanaan |
Peserta didik mampu
membuat rancangan/dummy rekayasa teknologi tepat guna dengan memperhatikan
potensi dan dampak lingkungan yang siap dikembangkan menjadi model. |
Produksi |
Peserta didik mampu menciptakan produk rekayasa teknologi tepat guna
sesuai dengan kebutuhan lingkungan melalui modifikasi bentuk, alat, teknik
dan prosedur pembuatan yang berdampak pada lingkungan maupun kehidupan
sehari-hari serta mempresentasikan dalam bentuk lisan, tertulis, visual
maupun virtual. |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta didik mampu memberi penilaian produk rekayasa teknologi tepat
guna teman sendiri maupun dari sumber yang lain dan merefleksikan terhadap
karya ciptaannya |
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
|
berdasarkan fungsi dan nilai guna yang dihasilkan
secara lisan dan tertulis, visual maupun virtual. |
5.
Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA)
Pada akhir Fase E (Kelas X SMA) peserta didik mampu
menghasilkan prototype/dummy/model
produk rekayasa teknologi terapan melalui analisis kebutuhan dan nilai guna
secara mandiri dan atau kelompok serta dipresentasikan secara lisan dan
tertulis. Pada fase ini peserta didik mampu mengevaluasi dan memberikan saran
perbaikan berdasarkan analisis dampak lingkungan/teknologi terapan.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta didik mampu
mengeksplorasi karakteristik bahan, alat, teknik, prosedur pembuatan produk,
prototype/dummy/model rekayasa teknologi terapan berdasarkan analisis
kebutuhan dan kelayakan fungsi. |
Desain/Perencanaan |
Peserta didik mampu membuat rancangan/dummy rekayasa teknologi terapan
dari hasil mengeksplorasi bahan, teknik, alat dan prosedur serta
memperhatikan potensi dan dampak lingkungan yang siap dikembangkan menjadi
model/prototype. |
Produksi |
Peserta didik
mampu menciptakan produk rekayasa teknologi terapan sesuai dengan kebutuhan
lingkungan melalui eksperimentasi dan atau modifikasi bentuk, alat, teknik dan prosedur
pembuatan yang berdampak pada lingkungan maupun kehidupan sehari-hari serta mempresentasikan
dalam bentuk lisan, tertulis, visual maupun virtual. |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta didik mampu memberi penilaian dan saran produk rekayasa
teknologi terapan karya teman sendiri maupun dari sumber yang lain serta
merefleksikan terhadap karya ciptaannya berdasarkan kajian ilmiah terhadap
fungsi dan nilai guna secara lisan dan tertulis, visual maupun virtual. |
6.
Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA)
Pada akhir Fase F (Kelas XI dan XII SMA) peserta didik
mampu membuat produk rekayasa teknologi terapan berdasarkan proposal rancangan
produk yang dihasilkan melalui
kajian ilmiah, analisis kebutuhan dan kelayakan fungsi serta mempresentasikan
produk secara lisan dan tertulis pada media visual dan virtual. Pada fase ini
peserta didik mampu mengevaluasi dan memberikan saran perbaikan berdasarkan
analisis dampak lingkungan/teknologi terapan.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Observasi dan Eksplorasi |
Peserta didik mampu
mengeksplorasi karakteristik produk, prototype/dummy/model untuk menyusun rancangan produk rekayasa
teknologi terapan berdasarkan penelitian dan analisis kebutuhan, kelayakan,
kajian ilmiah, serta dampak lingkungan. |
Desain/Perencanaan |
Peserta didik mampu
membuat rancangan/dummy/prototype
gambar teknik rekayasa teknologi terapan dari hasil mengeksplorasi bahan, teknik,
alat dan prosedur serta memperhatikan potensi dan dampak lingkungan. |
Produksi |
Peserta didik mampu menciptakan produk rekayasa teknologi terapan
sesuai dengan rancangan/desain/proposal berdasarkan analisis ilmiah, ekonomi,
teknologi serta melalui eksperimentasi dan atau modifikasi bentuk, alat,
teknik dan prosedur pembuatan yang berdampak pada lingkungan maupun kehidupan
sehari-hari serta mempresentasikan dalam bentuk lisan, tertulis, visual
maupun virtual. |
Refleksi dan Evaluasi |
Peserta didik mampu memberi penilaian, argumentasi dan rekomendasi
produk rekayasa teknologi terapan karya teman sendiri maupun dari sumber yang
lain serta merefleksikan terhadap karya ciptaannya berdasarkan kajian ilmiah,
analisis ekonomi, teknologi dan dampak lingkungan terhadap ciptaannya secara
lisan dan tertulis, visual maupun virtual. |
